Dampak Larangan Ekspor CPO, Harga TBS Anjlok Hingga Petani Biarkan Sawit Membusuk di Pohon
Seorang petani di Kecamatan Babahrot, Surya mengaku pasca agen pengepul mogok menampung TBS, pihaknya lebih membiarkan sawitnya busuk di pohon
Editor: Muhammad Zulfikar
Setelah sempat menyentuh harga tertinggi, kini sejumlah petani kelapa sawit di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) memilih tidak memanen kelapa sawitnya dan bahkan ada yang membiarkan membusuk di pohon.
Kondisi ini terjadi setelah para pengepul di kabupaten tersebut menolak membeli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dari petani akibat tidak stabilnya harga di tingkat pabrik sejak sepekan terakhir.
Seorang petani di Kecamatan Babahrot, Surya kepada Serambi, Sabtu (14/5/2022) mengaku pasca agen pengepul mogok menampung TBS, pihaknya lebih membiarkan sawitnya busuk di pohon.
"Iya, untuk sementara saya tidak panen dulu.
Karena, kalau saya panen tidak tahu mau kemana dijual sawitnya," ujar Surya.
Jika sawit dipanen, sambung Surya, petani harus mengeluarkan ongkos panen dari Rp 200-250 per kilogram.
"Kita baru panen kembali sawit setelah agen pengepul kembali membeli sawit," pungkasnya.
Baca juga: Petani Sawit Ancam Demo Lagi Bila Tuntutan Tak Terpenuhi
Salah seorang agen pengepul di kecamatan Babahrot, Yusran Adek dikonfirmasi Serambi, membenarkan bahwa pihaknya untuk sementara waktu melakukan mogok dan tidak melakukan pembelian TBS petani.
Hal itu, kata Yusran, dipicu harga TBS yang setiap harinya tidak stabil di tingkat pabrik, sehingga pihaknya tidak berani membeli TBS petani.
"Iya benar, untuk sementara waktu kita tidak membeli TBS dulu.
Ini Karena, setiap harinya terjadi perubahan harga," sebutnya.
Kondisi ini, terang dia, berimbas pada meruginya para agen pengepul.
"Pagi kami beli harga tinggi, sampai di pabrik malam hari.
Saat malam, harganya sudah turun.