Dampak Larangan Ekspor CPO, Harga TBS Anjlok Hingga Petani Biarkan Sawit Membusuk di Pohon
Seorang petani di Kecamatan Babahrot, Surya mengaku pasca agen pengepul mogok menampung TBS, pihaknya lebih membiarkan sawitnya busuk di pohon
Editor: Muhammad Zulfikar
Kami selaku pengepul, akan dibayar dengan harga malam hari atau harga rendah, kalau begini terus, maka kami akan rugi, makanya kami memilih mogok tampung TBS," ungkapnya.
Untuk itu, ia meminta kepada pemerintah dan pihak terkait serius, menangani persoalan tersebut, jika tidak petani akan merugi karena TBS tidak tahu dijual kemana.
Baca juga: Apkasindo Demo Minta Larangan Ekspor CPO Dicabut: Kami Ingin Bertemu Jokowi
"Kami berharap semua pihak serius dan memberikan kejelasan harga, sehingga petani tidak menjadi korban," pungkasnya.
Seperti diketahui, pada akhir 2021 harga sawit di Abdya pernah mencapai puncak yaitu Rp 3.100 per kilogram yang ditampung oleh Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) atau Rp 2.950 per kilogram ditingkat petani.
Harga Rp 3.100 per kilogram tersebut, merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah di Bumoe Brueh Sigupai.
Harga tinggi tersebut bertahan hingga penghujung April, meskip u n awal tahun sempat terjadi turun drastis beberapa hari.
Namun, harga kembali naik dengan kisaran harga Rp 2.800 per kilogram.
Baca juga: Apkasindo Akan Berdemonstrasi Hari Ini Sikapi Dampak Larangan Ekspor Minyak Goreng dan CPO
Harga Anjlok
Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil, kembali anjlok.
Jika sebelumnya harga jual TBS sawit masih Rp 1.700/kg, di tingkat petani, kini jatuh ke kisaran Rp 1.400 per kilogram.
Jatuhnya harga TBS sawit di tingkat petani tersebut lantaran harga beli di pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) juga turun.
Harga di pabrik dari sebelumnya di atas Rp 2.000 per kilogram, kini menjadi di bawah Rp 2.000 per kilogram.
"Harga sawit sekarang Rp 1.400 per kilogram, lantaran di pabrik turun," kata Anto, pengepul kelapa sawit di kawasan Gosong Telaga Barat, Singkil Utara, Minggu (15/5/2022).
Jatuhnya harga sawit dampaknya dirasakan masyarakat Aceh Singkil yang mayoritas menggantungkan hidup dari bertani sawit.