Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dampak Perang, Harga Pangan dan Energi pada Mei 2022 Masih Tinggi, Airlangga: Inflasi RI Terkendali

Badan Pusat Statistik (BPS) melihat masih ada peningkatan harga bahan pangan dan harga energi.imbas perang Rusia Vs Ukraina

Editor: Sanusi
zoom-in Dampak Perang, Harga Pangan dan Energi pada Mei 2022 Masih Tinggi, Airlangga: Inflasi RI Terkendali
Kementan
Ilustrasi: Inflasi komponen Volatile Food (VF) tercatat sebesar 0,94 persen (mtm) atau 6,05 persen (yoy) terutama disumbang oleh kenaikan harga telur ayam ras dan bawang merah. 

Andil sektor industri antara lain disumbang dari kenaikan komoditas tepung terigu dan mie kering instan, seiring kenaikan harga gandum global.

“Pemerintah akan terus memonitor dan mencermati rambatan dari tekanan eksternal, terutama kenaikan harga komoditas global yang ditransmisikan dalam bentuk kenaikan harga dan inflasi domestik,” pungkas Menko Airlangga.

Presiden Jokowi Sebut Krisis Pangan Dunia Sudah Mulai Terlihat

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa lembaga pangan dunia FAO telah mengeluarkan peringatan akan adanya ancaman krisis pangan di dunia.

Menurut presiden krisis pangan tersebut saat ini sudah terlihat yang ditandai dengan kenaikan harga pangan di dunia.

“Peringatan juga diberikan oleh PBB, bahwa dunIa saat ini dan yang akan datang akan mengalami krisis pangan, dan ini sudah kelihatan, sekarang ini harga harga pangan dunia semuanya naik,” kata Jokowi saat meninjau lahan Sorghum di Sumba Timur, NTT,  Kamis, (2/6/2022).

Baca juga: Dampak Inflasi dan Perang Ukraina, Pertumbuhan Ekonomi India Berada di Level Terendah

Oleh karena itu kata Presiden, perlu ada rencana besar untuk menghadapi ancaman krisis pangan tersebut.

Berita Rekomendasi

Di antaranya dengan melakukan diversifikasi pangan agar tidak bergantung pada satu komoditas pangan saja.

“Kita ingin banyak alternatif-alternatif banyak pilihan-pilihan yang bisa kita kerjakan di negara kita, diversifikasi pangan, alternatif alternatif bahan pangan, tidak hanya tergantung pada beras karena kita memiliki jagung , memiliki sagu dan juga sebetulnya tanaman lama kita  Sorghum,” katanya.

Tanaman-tanaman pangan tersebut harus dikembangkan sesuai dengan kecocokan kondisi lahan.

Seperti misalnya Sorghum yang cocok atau berhasil ditanam di NTT dibandingkan tanaman pangan lainnya.

“Sudah dicoba di Kabupaten Sumba Timur seluas 60 hektar dan kita melihat sendiri hasilnya seperti yang tadi kita lihat sangat baik,” katanya.

Dengan memiliki pangan yang beragam maka ketergantungan akan impor di tengah krisis pangan akan berkurang.

Justru sebaliknya jika stok pangan berlebih maka bahan pangan tersebut dapat di ekspor.

Halaman
1234
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas