B20 Indonesia Dorong Pemberdayaan Gender dalam Perdagangan Internasional
Presidensi B20 Indonesia bekerja sama dengan Departemen Perdagangan Amerika Serikat (U.S Trade of Commerce) menggelar Roundtable Luncheon.
Editor: Content Writer
Secara global, 28 % pekerja informal perempuan adalah pekerja rumah tangga, dibandingkan dengan 8,7 persen untuk laki-laki dan dari angka itu, 14 % perempuan yang bekerja di sektor informal bekerja kurang dari 20 jam seminggu.
Kerentanan itu semakin tinggi dalam situasi pandemi. Survei International Trade Center tentang dampak Covid-19 di kalangan bisnis di 136 negara menunjukkan bahwa usaha mikro yang dipimpin perempuan 27 % lebih mungkin untuk tidak selamat dari pandemi. Hal ini terkait dengan akses permodalan yang sulit didapat hingga sulitnya melakukan transaksi penjualan di tengah pembatasan sosial saat pandemi.
Kendati begitu, penelitian Power of Parity dari Mckinsey Global Institute yang memetakan 15 indikator gender di 95 negara memperlihatkan adanya kemajuan di Indonesia terkait kesetaraan gender. Indonesia disebut membawa lebih banyak perempuan ke dunia kerja dan penyumbang terbesar bagi kesetaraan gender.
Perempuan membentuk sekitar 39 persen dari angkatan kerja Indonesia, meningkat dari 2014 hingga 2019 dan sedikit di atas rata-rata 38 persen untuk 95 negara yang diteliti. Pada kesempatan ini, Friderica Widyasari selaku Komisioner OJK menyampaikan pentingnya program literasi finansial untuk mendukung pengusaha perempuan mengakses pasar modal.
Persoalan ketimpangan gender menjadi momok yang menahun salah satunya diakibatkan dari tidak meratanya pendidikan yang berkualitas bagi anak perempuan. Hal ini membuat perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama dengan pria dalam lapangan kerja sehingga mengurangi akses perempuan terhadap benefit dari ekonomi formal.
Menanggapi situasi ini, PT. Blue Bird memiliki program untuk memberdayakan istri dari pengemudinya dengan cara memberikan bantuan modal untuk usaha kecil, sehingga dapat menambah pemasukan bagi keluarga.
Pemberian beasiswa kepada keluarga besarnya juga menjadi program rutin PT. Blue Bird Tbk, dengan menargetkan 50 % untuk anak perempuan.
Selain itu, mendukung pengusaha perempuan adalah salah satu jalan terbaik untuk memajukan kesetaraan ekonomi gender. Kewirausahaan perempuan menghasilkan pendapatan, meningkatkan PDB, dan dapat memiliki multiplier ef ect melalui penciptaan lapangan kerja dan inovasi. Sebuah laporan dari BCG pada tahun 2019 memperkirakan bahwa jika perempuan dan laki-laki berpartisipasi secara setara sebagai pengusaha, PDB global dapat meningkat sekitar 3-6 persen, meningkatkan ekonomi global sebesar $2,5 hingga $5 triliun.
Mengenali potensi ini memerlukan solusi signifikan terhadap hambatan yang menghalangi bisnis yang dipimpin perempuan termasuk menghilangkan hambatan perdagangan yang menghalangi akses perempuan ke pasar internasional dan meningkatkan akses perempuan ke pendidikan, layanan keuangan, dan teknologi digital.
Upaya untuk memberikan akses yang luas bagi pengusaha perempuan juga dilakukan oleh PT. Shopee Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Direktur Eksekutifnya, Christin Juarto, Shopee Indonesia menyediakan platform teknologi yang mudah digunakan untuk menjangkau pelanggan yang lebih luas.
Hal senada juga disampaikan oleh CEO PT. XL Axiata, Dian Siswarini, yang menyampaikan bahwa Sisternet Program sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia, telah diluncurkan sebagai salah satu program di W20.
Neneng Goenadi, Country Managing DIrector PT. Grab Indonesia menambahkan, saat ini telah diupayakan untuk memberikan literasi digital bagi perempuan pengusaha di wilayah pedesaan. Sehingga pengusaha kecil di pedesaan juga dapat berperan di dalam digital market.
Tahun ini, B20 Indonesia melalui Women in Business Action Council merumuskan beberapa kebijakan khusus yang sudah diamanatkan pada rekomendasi B20 sebelumnya dan mendorong negara-negara anggota G20 untuk menetapkan mekanisme pelaporan indikator gender yang wajib dimasukkan dalam laporan tahunan perusahaan sebagai bagian penting dalam akuntabilitas dan transparansi perusahaan.
Kerangka pelaporan indikator gender ini bertujuan menghilangkan hambatan yang membatasi keterwakilan perempuan secara setara di posisi kepemimpinan tingkat menengah dan senior, mendorong terbentuknya wadah yang dapat meningkatkan akses perempuan ke pelatihan kepemimpinan dan peluang kerja bagi perempuan. Tentunya Indonesia harus menjadi pelopor dalam aksi ini.