Inflasi AS Sentuh Rekor Tertinggi dalam 40 Tahun, Harga Bensin Semakin Mahal, Joe Biden Pusing
Amerika Serikat (AS) mengalami inflasi tertinggi dalam 40 tahun dengan harga-harga naik lebih cepat dari perkiraan bulan lalu
Editor: Sanusi
Tetapi upah tidak sejalan dengan kenaikan harga.
Baca juga: BI Prediksi Inflasi Juni di Kisaran 0,32 Persen, Cabai Merah hingga Telur Ayam Jadi Penyumbang Utama
Meningkatnya biaya hidup terutama melanda rumah tangga berpenghasilan rendah, yang bagian besar dari pengeluaran digunakan untuk kebutuhan dasarnya seperti makanan dan energi.
Biden Pusing
Mengutip Reuters, Sabtu (11/6), harga bensin yang makin mahal juga membuat pusing bagi Presiden AS Joe Biden dan kongres Demokrat. Pasalnya, mereka berjuang untuk mempertahankan kendali atas kongres dengan pemilihan paruh waktu bakal digelar bulan November mendatang.
Padahal, Biden juga telah menebar sinyal telah menarik banyak kendali untuk menurunkan harga, termasuk melepas cadangan strategis minyak AS untuk mengatasi lonjakan harga bensin saat musim panas. Biden juga telah minta negara-negara OPEC utama untuk meningkatkan outputnya.
Hanya saja, harga bahan bakar telah melonjak di seluruh dunia karena kombinasi naiknya permintaan serta sanksi terhadap produsen minyak Rusia setelah invasinya ke Ukraina dan tekanan pada kapasitas penyulingan. Hanya saja, permintaan yang mendaki hanya beberapa poin persentase di bawah tingkat pra-pandemi menyulut harga bensin.
Namun para ekonom memperkirakan, permintaan ada kemungkinan akan menurun jika harga tetap di atas US$ 5 per barel "Level harga bensin yang bertahan US$5 bisa menyururkan permintaan bensin," sebut Reid L'Anson, ekonom senior di Kpler.
Meski begitu, pengeluaran konsumen ditaksir masih tetap kuat meski di tengah tekanan inflasi di level tertinggi dalam lebih dari empat dekade. Ini lantaran rumah tangga AS mendapat dukungan program bantuan pandemi. Lalu, pasar tenaga kerja yang ketat juga telah memicu kenaikan upah, terutama bagi pekerja berpenghasilan rendah.
Baca juga: Sri Mulyani Ingatkan Risiko Inflasi dan Rupiah, Ekses Pengetatan Suku Bunga oleh Bank Sentral AS
Jika warga AS harus berhadapa dengan harga bensin yang tinggi, kenaikan harga diperkirakan akan membuat perusahaan raksasa migas (minyak dan gas) membukukan keuntungan besar.
Shell melaporkan rekor kinerja kuartal pada bulan Mei. Lalu Chevron Corp dan BP telah membukukan angka terbaik mereka dalam satu dekade.
Perusahaan besar lainnya, termasuk Exxon Mobil dan TotalEnergies, serta operator independen A.S., melaporkan kinerja bagus yang mendorong pembelian kembali atau buy back saham mereka serta membagikan dividen.
Banyak perusahaan yang menyebut, saat ini mereka menghindari investasi berlebihan untuk meningkatkan output karena keinginan investor untuk menahan pengeluaran meski harga minyak mentah di atas US$ 100 per barel selama berbulan-bulan.
Perusahaan penyulingan minyak mentah kini berjuang untuk meningkatkan produksi karena persediaan yang berkurang, terutama di Pantai Timur AS. Ini mencerminkan adanya ekspor ke Eropa yang tengah berupaya menghilangkan ketergantungan terhadap minyak Rusia.
Saat ini, perusahaan penyulingan minyak mentah menggunakan sekitar 94 % dari kapasitas mereka, meski secara keseluruhan kapasitas penyulingan AS telah turun lantaran lima pabrik pengolahan minyak ditutup selama pandemi.