Perbankah Masih Hadapi Kendala Terapkan Teknologi Komputasi Awan
Penerapan teknologi komputasi awan oleh perbankan masih terkendala kompleksitas, operasional yang terpisah-pisah (silo), dan biaya yang mahal.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan perbankan di Tanah Air kini berlomba-lomba mendigitalisasi layanannya dengan memanfaatkan teknologi komputasi awan (cloud computing). Namun penerapannya masih terkendala kompleksitas, operasional yang terpisah-pisah (silo), dan biaya yang mahal.
Yohan Gunawan, Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk mengatakan, untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan solusi yang memungkinkan teknologi cloud mampu berjalan dengan baik di sistem perbankan yang ada.
"Caranya dengan mengubah aplikasi yang sebelumnya bersistem monolitik ke aplikasi cloud-ready.
Langkah awal yang harus dilakukan perbankan untuk itu adalah dengan mempersiapkan infrastruktur yang lebih cloud-ready sebelum menyiapkan aplikasinya," kata Yohan Gunawan dalam keterangannya, Selasa (14/6/2022).
Baca juga: Tencent Cloud Luncurkan Internet Data Center di Jakarta
Anak perusahaan PT Multipolar Tbk yang berperan sebagai mitra dalam mendukung pengembangan teknologi digital di berbagai sektor, menyebut ada banyak infrastruktur dan platform yang memudahkan penerapan aplikasi cloud-ready di perbankan.
Baca juga: Waspadai Sampah Digital di Era Digitalisasi Perbankan
Tiga di antaranya, yaitu Red Hat OpenShift, Nutanix Private Cloud, dan Google Cloud.
Red Hat OpenShift memungkinkan perusahaan perbankan menjalankan aplikasi di infrastruktur pilihan yang dirasa paling tepat, entah itu on-premise, public cloud, private cloud, atau pun hybrid cloud, tanpa harus memodifikasi aplikasinya terlebih dahulu.
Baca juga: 5 Alasan Pentingnya Penggunaan Cloud Computing untuk Perkembangan Startup
Dalam deployment-nya pun tidak membutuhkan downtime sehingga perusahaan perbankan dapat terus berinovasi dan go-to-market lebih cepat tanpa mengganggu layanan pelanggan.
Jika platform kontainer aplikasi Red Hat OpenShift seperti mobil, Nutanix Private Cloud dan Google Cloud diibaratkan infrastruktur jalannya.
Baca juga: Bank Indonesia: Penyaluran Kredit Perbankan Tembus Rp5.969 Triliun di April 2022
"Meski sama-sama menjadi infrastruktur bagi platform kontainer aplikasi, antara Nutanix Private Cloud dan Google Cloud memiliki karakteristik yang berbeda—yang dapat dipilih sesuai kebutuhan perusahaan perbankan atas fungsi aplikasinya," katanya.
Penggunaan infrastruktur dan platform kontainer aplikasi demi mengimplementasi aplikasi cloud-ready oleh perusahaan-perusahaan perbankan di Indonesia telah direspons Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Upaya itu sudah masuk dalam Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan sebagai arah dan acuan percepatan transformasi digital perbankan yang diluncurkan regulator tersebut pada akhir Oktober lalu.