Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Riset: Konsumen Rela Bayar Lebih Mahal Asal Ada Label Halal, Google Jadi Rujukan Utama

Sementara itu, hanya 28% responden yang menyebut halal secara spontan sebagai faktor penting atau utama dalam pembelian produk.

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Riset: Konsumen Rela Bayar Lebih Mahal Asal Ada Label Halal, Google Jadi Rujukan Utama
Kementerian Agama RI
Label halal. Survei IHATEC: 28 persen responden yang menyebut halal secara spontan sebagai faktor penting atau utama dalam pembelian produk. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Halal Training & Education Center (IHATEC) menggelar IHATEC Marketing Research untuk mendorong dunia usaha mendapatkan insight terbaru tentang potensi pasar dan perilaku pasar halal berbasis riset.

Hasil survei atas 1.300 responden di Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar sejak Maret sampai Mei 2022 didapati data bahwa harga dan kualitas masih menjadi pertimbangan utama responden dalam memilih suatu produk.

Sementara itu, hanya 28 persen responden yang menyebut halal secara spontan sebagai faktor penting atau utama dalam pembelian produk.

Baca juga: Indeks Harga Konsumen Sri Lanka Melonjak 45,3 Persen pada Mei 2022, Tertinggi Sejak 2015

Kemudian dari responden yang tidak menyebut HALAL secara spontan, ditanyakan apakah HALAL menjadi factor pertimbangan dalam pembelian, sebanyak 77 % menjawab YA, dan 23 % lainnya menjawab TIDAK.

Research Division Head of IHATEC Marketing Research, Fachruddin Putra mengatakan, sebanyak 93,3 % responden selalu mengecek label halal pada kemasan produk.

Google menjadi sumber informasi yang paling sering diakses oleh milenial dalam mencari informasi halal mencapai 45,2 % responden.

Berita Rekomendasi

Sumber informasi berikutnya adalah media massa (cetak/elektronik), seperti koran, TV dan media online dengan 12,5 % responden. Kemudian website MUI mencatat 10,2 % , Instagram 7,5 % dan Facebook sebanyak 6,2 % responden.

“Selain melalui platform tertentu, sejumlah 93,3 % memilih kemasan produk menjadi sumber informasi utama dalam mengecek kehalalan suatu produk. Sebagian kecil lainnya, diperoleh dari label atau sertifikat yang ditempel di toko atau tempat penjualan (2,5 % ) dan media sosial (1,8 % ),” papar Fachruddin.

Baca juga: YKMI Sebut Indonesia Bisa Mengambil Potensi Konsumen Vaksin Halal di Asia Tenggara

Responden Rela Bayar Lebih Mahal Asal Halal

Uniknya, tak sedikit responden yang bersedia membayar suatu produk halal dengan harga lebih mahal dibanding dengan produk serupa, yakni sejumlah 68,8 % .

Hal ini menunjukkan bahwa label halal memberikan nilai tambah (added value) terhadap sebuah produk. Selain itu, label halal juga mendapatkan respons postif dari responden. Banyak diantaranya yang menganggap bahwa produk halal juga pasti berkualitas, higienis, dan sehat.

Hasil survei juga memperlihatkan bahwa dari 7 kategori produk (Makanan dan Minuman, Toiletries, Kosmetik, Obat-obatan, Restoran & Café, Fashion, dan Jasa), kategori Restoran & Café dianggap penting dan sangat penting dicantumkan label halal dengan persentase 93 % .

Kemudian di urutan kedua adalah kategori Makanan & Minuman dengan persentase sedikit di bawah yakni 92 % . Sedang Obat-obatan di urutan ketiga dengan persentase mencapai 90 persen.

Berikutnya responden yang menganggap penting dan sangat penting terhadap produk Toiletries untuk dicantumkan label halal tercatat 89 % . Sementara Kosmetik mencatat 88 % , sedang Fasyen dan Jasa masing-masing dengan persentase 78 % dan 76 % .

“Temuan tersebut menunjukkan bahwa para Milenial sangat perhatian terhadap produk-produk yang dikonsumsi untuk dicantumkan label halal, baik itu produk yang dikonsumsi secara langsung maupun tidak,” ungkap Fachruddin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas