Rupiah di Atas 14.800 per Dolar AS, Pengamat: BI Harus Lakukan Intervensi agar Rupiah tidak Tertekan
Bank Indonesia (BI) harus sigap untuk melakukan intervensi untuk mengantisipasi rupiah lebih jauh lagi tertekan dengan dolar AS.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Rahma Gafmi menilai Bank Indonesia (BI) harus sigap untuk melakukan intervensi untuk mengantisipasi rupiah lebih jauh lagi tertekan dengan dolar AS.
Rupiah melemah 0,37 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.865 pada Rabu, (22/6/2022). Pelemahan nilai tukar rupiah ini dipicu sentimen kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).
Rahma mengatakan, Indonesia suka tidak suka dengan kenaikan suku bunga The Fed juga pasti akan mengerek suku bunganya untuk mengendalikan Inflasi, namun di sisi lain justru rupiah menjadi semakin tertekan.
Baca juga: Perdagangan Sore Ini, Laju Rupiah Masih Tertekan di Atas Rp 14.800 Per Dolar AS
"Di sini Bank Indonesia harus sigap untuk melakukan intervensi. Paling tidak untuk mengantisipasi rupiah lebih jauh lagi tertekan dengan dolar AS. Untuk utang yang mau jatuh tempo segera lakukan moratorium," ujar Rahma saat dihubungi, Kamis (23/6/2022).
Selain itu, ucap Rahma, semakin dibukanya mobilisasi masyarakat bepergian ke luar negeri maka semakin tinggi permintaan terhadap dollar AS yang semakin membuat rupiah semakin tertekan.
Baca juga: Rabu Pagi, Rupiah Terpantau Melemah Terhadap Dolar AS, Kini di Level Rp 14.835
"Untuk itu keran ini harus buka tutup," ucap Rahma.
Melansir Bloomberg pada perdagangan Rabu (22/6), rupiah spot ditutup melemah 0,34 persen ke level Rp 14.863 per dolar AS. Sejalan, di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah juga melemah 0,38 persen ke level Rp 14.860 per dolar AS.