Inflasi Juni Diprediksi 0,5 Persen, Komoditas Cabai Rawit hingga Bawang Merah Jadi Penyumbang Utama
Inflasi Juni Diprediksi 0,5 Persen.penyumbang utama inflasi bulan ini ditempati oleh komoditas cabai rawit, cabai merah, hingga bawang merah.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dalam laporannya menyebutkan, berdasarkan survei pemantauan harga minggu keempat Juni 2022, perkembangan harga pada Juni 2022 masih relatif terkendali.
Dengan adanya survei ini, Bank Sentral memperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,50 persen secara bulanan (month to month/mtm).
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengatakan, penyumbang utama inflasi bulan ini ditempati oleh komoditas cabai rawit, cabai merah, hingga bawang merah.
Baca juga: Pedagang Pasar Kecewa Mendag Sebut Kenaikan Harga Cabai Bentuk Bonus ke Petani
“Penyumbang utama inflasi Juni 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,17 persen (mtm), cabai rawit sebesar 0,11 persen (mtm), bawang merah sebesar 0,08 persen (mtm), telur ayam ras 0,05 persen sebesar (mtm), tomat sebesar 0,04 persen (mtm),” jelas Erwin, Minggu (26/6/2022).
“Kemudian untuk air kemasan, nasi dengan lauk, dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), kangkung, bayam, sabun detergen bubuk/cair, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm),” sambungnya.
Bank Indonesia juga mencatat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi.
Baca juga: Faktor Cuaca dan Hama Diduga Jadi Pemicu Lonjakan Harga Cabai
Komoditas tersebut seperti minyak goreng sebesar -0,05 persen (mtm), daging ayam ras sebesar -0,04 persen (mtm), angkutan antar kota sebesar 0,03 persen (mtm), serta daging sapi, bawang putih, udang basah, dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Erwin mengungkapkan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait.
Hal tersebut dilakukan untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
"Serta terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," pungkas Erwin.