Inflasi RI Diprediksi Sentuh 4 Persen, Jadi Sentimen Negatif ke Rupiah
sentimen dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tetap menjadi penggerak yang mendorong pelemahan rupiah pekan depan
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat keuangan Ariston Tjendra mengatakan, sentimen dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed tetap menjadi penggerak yang mendorong pelemahan rupiah pekan depan.
Ditambah lagi data inflasi Indonesia bulan Juni 2022 yang akan dirilis hari Jumat, di mana ekspektasi analis menunjukkan kenaikan ke atas angka 4 persen secara tahunan.
"Inflasi yang meninggi bisa menahan laju pertumbuhan ekonomi, dan ini sentimen negatif untuk rupiah. Pekan depan, rupiah mungkin bergerak di kisaran Rp 14.780 hingga Rp 14.900," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Minggu (26/6/2022).
Baca juga: Rupiah Diprediksi Kembali Melemah, Analis: Kalau ke Level Rp 15.000 Masih Jauh
Sementara hingga akhir pekan ini, Ariston mengungkapkan, mulai terlihat sentimen positif terhadap aset berisiko muncul kembali.
"Indeks-indeks saham global ditutup positif. Sentimen positif tersebut bisa membantu menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS pekan depan," katanya.
Dihubungi terpisah, Analis pasar modal Hans Kwee menambahkan, faktor inflasi tinggi, suku bunga naik, dan ancaman resesi negara maju bikin rupiah cenderung tertekan.
Baca juga: Rupiah Bisa Tembus Rp 15.000 Per Dolar AS Jelang Kenaikan Suku Bunga The Fed Berikutnya
"Namun, diperkirakan di Juli, Bank Indonesia bisa naikan 25 basis poin untuk menahan pelemahan nilai tukar. Bank Indonesia lebih pro pertumbuhan, dan melihat pelemahan rupiah lebih karena penguatan dolar," pungkasnya.