Rabu Sore, Rupiah Kembali Melemah di Atas Rp 14.850 Per Dolar AS
Rabu sore, rupiah tertekan 22 poin ke posisi Rp 14.852 dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya Rp 14.830 per saham.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (29/6/2022) sore, masih mengalami tekanan bersama mata uang negara lainnya.
Tercatat, rupiah tertekan 22 poin ke posisi Rp 14.852 dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya Rp 14.830 per saham.
Sementara, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia melemah ke posisi Rp 14.848 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.837 per dolar AS.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan tidak hanya terjadi pada mata uang rupiah saja, tapi nilai tukar regional lainnya juga mengalami tekanan.
Baca juga: Pagi Ini, Rupiah Kembali Tertekan ke Level Rp Rp 14.851 Per Dolar AS
Jadi faktor eksternal masih kuat mempengaruhi pergerakan rupiah. Yang pertama masih sentimen The Fed, yang kedua soal isu inflasi dan resesi," papar Ariston.
Sementara sentimen dari dalam negeri, kata Ariston, munculnya kekhawatiran inflasi karena kenaikan harga pangan yang turut memicu pelemahan rupiah.
"Saya pikir tren pelemahan masih terbuka hingga akhir pekan, karena isu-isu tersebut belum berganti dengan Isu positif untuk rupiah," tuturnya.
Rupiah Bisa Tembus Rp 15.000 Per Dolar AS Jelang Kenaikan Suku Bunga The Fed Berikutnya
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kenaikan tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) atau The Fed menjadi satu di antara faktor utama melemahnya rupiah Juni ini.
Selanjutnya, dia memperkirakan nilai tukar mata uang Garuda terhadap dolar AS bisa kembali melemah hingga tembus Rp 15.000 jelang kenaikan suku bunga AS berikutnya di Juli 2022.
"Pasti, kami melihat peluang begitu besar bagi rupiah menembus 15.000, meskipun kami yakin Bank Indonesia akan melakukan intervensi. Rupiah dengan tingkat probabilitas sebesar 59 persen berpotensi menuju Rp 14.875 secara jangka pendek, dan 54 persen berpotensi menuju Rp 15.050," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Minggu (26/6/2022).
Baca juga: Tertekan Sentimen Eksternal, Rupiah Diprediksi Sentuh Rp 16.200 Per Dolar AS
Sebelumnya, kenaikan tingkat suku bunga The Fed hingga 75 basis poin (bps) bulan ini, telah mendorong penguatan dolar AS.
"Di mana tentu saja mata uang kita dibuat tidak berdaya. Namun, tingginya permintaan komoditas justru menjadi kesempatan bagi kita untuk meningkatkan ekspor di tengah pelemahan rupiah," kata Nico.
Adapun sejauh ini apabila Bank Indonesia memang yakin masih tetap menahan suku bunga, tentu pelaku pasar dan investor pun akan tenang.
Baca juga: Rupiah Diprediksi Kembali Melemah, Analis: Kalau ke Level Rp 15.000 Masih Jauh
"Apalagi kami yakin, Bank Indonesia juga sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak. Sejauh mana Bank Indonesia yakin, sejauh itu pula pelaku pasar dan investor percaya," tutur dia.
Di sisi lain, tingginya inflasi memang memberikan tekanan, apalagi spread antara tingkat suku bunga The Fed dan Bank Indoensia semakin mengecil.
Hal tersebut berpotensi mendorong capital outflow atau arus modal keluar lebih besar, sehingga akan mendorong rupiah kian mengalami pelemahan.
"Namun, kami berharap Bank Indonesia juga tetap menjaga rupiah dan imbal hasil obligasi, untuk menjaga daya tarik investor asing berinvestasi di dalam negeri," pungkas Nico.