Perbedaan Suku Bunga Fed dan Bank Indonesia Kian Tipis, Bisa Tekan Rupiah ke Rp 15.000
Pengamat keuangan Ariston Tjendra mengatakan, peluang nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.000 cukup terbuka
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat keuangan Ariston Tjendra mengatakan, peluang nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.000 cukup terbuka.
Hal ini didorong sikap Bank Sentral AS atau The Fed yang akan tetap agresif menaikan suku bunga acuan, setelah Juni 2022 ini naik menjadi 1,5 persen sampai 1,75 persen.
Sementara, Bank Indonesia masih menahan suku bunga acuannya di 3,5 persen, meski sudah mengindikasikan akan menaikkan suku bunga acuannya bila inflasi meninggi.
Baca juga: Rupiah Diklaim Masih Aman Meski Fed Kembali Naikkan Suku Bunga
"Perbedaan suku bunga acuan AS dan Indonesia yang kian menyempit bisa menekan rupiah, karena pelaku pasar akan mengalihkan portofolionya ke aset dolar AS," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Kamis (30/6/2022).
Kendati demikian, menurut Ariston, suku bunga acuan yang rendah di suatu negara bagus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dia memahami bahwa Bank Indonesia mengambil kebijakan menahan suku bunga ini untuk mendukung perekonomian Indonesia bangkit dari pandemi.
Baca juga: Obligasi Pemerintah Dinilai Terus Solid karena Likuiditas Rupiah Masih Melimpah
"Dengan alasan itu, langkah Bank Indonesia sudah tepat, meskipun berisiko ke pelemahan rupiah. Lalu, angka inflasi juga masih dalam kisaran target Bank Indonesia dan Indonesia juga mengalami surplus neraca perdagangan selama 25 bulan, yang bisa membantu rupiah bertahan terhadap sentimen The Fed," pungkas Ariston.