Rupiah Diklaim Masih Aman Meski Fed Kembali Naikkan Suku Bunga
Amerika Serikat terancam mengalami stagflasi yakni mengalami resesi sekaligus inflasi tinggi serta jarak antara suku bunga dan inflasi sangat jauh.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar meskipun sedikit melemah setelah The Fed, bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga di Juni 2022, tapi masih dalam kondisi aman jika ada kenaikan lagi di Juli.
Amerika Serikat saat ini terancam mengalami stagflasi yakni mengalami resesi sekaligus inflasi tinggi serta arak antara suku bunga dan inflasi sangat jauh.
"Selisih inflasi dan suku bunga The Fed sudah minus 7 persen atau inflasi 8,7 persen dikurangi suku bunga 1,75 persen. Karena itu, sebenarnya rupiah masih aman, investor tidak akan meninggalkan Indonesia," ujar Analis Aldiracita Sekuritas Indonesia Agus Pramono di kawasan SCBD, ditulis Kamis (30/6/2022).
Sementara itu, jarak antara suku bunga acuan Bank Indonesia di 3,5 persen masih ideal jika dibandingkan inflasi yang sebesar 3,55 persen.
"Kendati demikian, risiko tetap ada di Indonesia meski inflasi 3,55 persen, wholesale inflasi 4,23 persen atau indeks tingkat harga pedagang besar. Kemudian, yang kita perlu perhatikan adalah imported inflasi sudah 15 persen, ini perlu kita amati," kata Agus.
Baca juga: The Fed Janjikan Kenaikan Suku Bunga, Amerika Serikat Semakin Dekat ke Jurang Resesi
Lebih lanjut, menurutnya yang harus investor waspadai adalah saat Bank Indonesia menaikkan suku bunga sekira 50 basis poin.
Baca juga: Rupiah Kembali Melemah di Atas Rp 14.850 Per Dolar AS
"Ini akan berpengaruh ke likuiditas, meski saya melihat rupiah masih aman karena tidak punya masalah struktural. Namun, bahayanya kita ada di teritori yang tidak pernah dialami, yakni ada perang di Ukraina dan perang dagang," pungkasnya.