Harga BBM Selangit, Pendiri Amazon Kritik Biden Untuk Turunkan Harga Minyak Mentah di AS
Lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM) di AS membuat pendiri Amazon Jeff Bezos geram, hingga mengkritik Presiden Joe Biden
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM) di AS membuat pendiri Amazon Jeff Bezos geram, hingga mengkritik Presiden Joe Biden agar mau menurunkan harga bensin yang dipatok naik oleh perusahaan minyak Amerika.
"Inflasi adalah masalah yang terlalu penting bagi Gedung Putih untuk terus membuat pernyataan seperti ini," ujar Bezos dalam akun twitter, pada Sabtu (2/7/2022).
Keluhan ini disampaikan Bezos setelah harga BBM di seluruh pengisian bahan bakar di AS dipatok dengan harga yang jauh lebih mahal ketimbang tahun sebelumnya. Dimana harga bensin naik diatas 5 dolar AS per galon sejak Juni 2022, lompat jauh dari harga sebelumnya dimana tahun lalu BBM hanya dipatok 3 dolar AS per galon.
Baca juga: Curi Perhatian China dari Rusia, Produsen Minyak Mentah Iran Berikan Diskon Khusus
Dengan lonjakan ini Bezos menyebut bahwa kenaikan harga BBM telah menyesatkan masyarakat tentang inflasi pasar. Apabila kenaikan ini terus berlangsung dalam beberapa bulan kedepan, Bezos yakin bahwa situasi ini akan berimbas buruk pada suara Biden menjelang pemilihan legislatif pada November 2022 mendatang.
Tak lama dari cuitan pedas Bezos, pada Minggu (3/7/2022) Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre menjelaskan bahwa sebenarnya Amerika selama sebulan terakhir telah berusaha keras menekan harga minyak mentah.
Baca juga: Gejolak Harga Minyak Mentah Kerek Naik Inflasi Negara Pakistan, Melesat 21,32 Persen pada Bulan Juni
Salah satunya dengan menangguhkan pajak gas federal di sepanjang musim panas 2022 serta memasok cadangan minyak strategis AS untuk sejumlah pengisian bahan bakar di Amerika, hingga akhirnya harga BBM di AS bisa turun sebanyak 15 dolar AS per barel, mengutip dari Channel News Asia.
“Presiden bekerja sangat, sangat keras di banyak bidang untuk mencoba menurunkan harga itu,” kata John Kirby, juru bicara Gedung Putih di acara Fox News.
Sebagai informasi lonjakan bahan bakar tersebut mulai terjadi karena melonjaknya permintaan konsumsi BBM AS di tengah krisis energi, imbas dari adanya tekanan pada kapasitas penyulingan akibat memanasnya sanksi perang Rusia atas invasi Putin terhadap Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.
Kondisi ini makin diperparah dengan rencana penutupan kilang terbesar di Houston AS pada akhir tahun depan, dikarenakan adanya transisi pembuatan bahan energi untuk kendaraan listrik. Meski saat ini harga BBM masih berada di atas harga rata-rata, namun Kirby menjamin bahwa harga bahan bakar di AS tidak akan melesat naik ke level tertinggi, mengingat saat ini AS tengah dibayangi percepatan inflasi.