Selasa Pagi, Rupiah Kian Terpuruk Terhadap Dolar AS, Kian Dekati Rp15.000/USD
Data Bloomberg pagi ini pukul 09.09 WIB mengindikasikan rupiah berada di level Rp14.978 per dollar AS.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di pasar spot pada Senin (5/7/2022).
Melansir data Bloomberg (pada pukul 09.09), rupiah terpantau berada di level Rp14.978 per dollar AS.
Pada penutupan kemarin (4/7/2022), merujuk informasi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, tercatat nilai tukar Rupiah di level Rp14.960 per dollar AS.
Sebelumnya, pengamat pasar keuangan sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah akan ditutup melemah pada sore ini (5/7/2022).
Menurut analisanya, mata uang Garuda berpotensi menembus level Rp15.000 per dolar AS.
“Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah kembali melemah walaupun sebelumnya sempat melemah lebih dalam dari penutupan sebelumnya di level Rp14.941,” ucap Ibrahim kemarin (4/7/2022).
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.960 hingga Rp15.020,” sambungnya.
Baca juga: Analis: Suku Bunga The Fed dan Ancaman Resesi Biang Kerok Rupiah Jatuh Hampir Rp 15.000/USD
Dia melihat perkembangan nilai tukar dolar dipengaruhi berbagai faktor eksternal dan internal.
Menurutnya, dolar mempertahankan mata uang yang sensitif terhadap perdagangan disematkan di dekat posisi terendah multi-tahun pada hari Senin dan Investor mencari keamanan karena kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan global.
Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Hampir Sentuh Rp 15.000: Pengamat Sarankan BI Kerek Suku Bunga
Kemudian faktor eksternal lainnya seperti adanya inflasi zona euro melonjak ke rekor lain, menambah kasus bagi Bank Sentral Eropa untuk menaikkan suku bunga bulan ini.
Dan di AS dan di tempat lain, tanda-tanda kelemahan ekonomi menjadi lebih jelas. Data AS yang lemah menunjukkan risiko penurunan untuk laporan penggajian Juni Jumat ini.
Baca juga: Rupiah Berisiko ke Rp 15.500, Ekonom: BI Mau Tahan Suku Bunga Sampai Agustus?
Untuk faktor internal, lanjut Ibrahim, pasar terus menyoroti tingginya inflasi global yang berdampak terhadap inflasi di Indonesia.
“Tingginya inflasi pada Juni 2022 membuat Pemerintah harus mulai menyiapkan strategi untuk menahan kenaikan inflasi hingga akhir tahun,” pungkas Ibrahim.