Pentingnya Petambak Udang Kuasai Proses Value Chain dan Supply Chain
Penting sekali bagi petambak udang menguasai hal seputar proses value chain dan supply chain.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panen raya adalah waktu yang ditunggu-tunggu petambak udang dalam siklus usaha.
Harapannya, dengan jumlah panen yang besar bisa mendapatkan keuntungan yang tinggi pula.
Baca juga: Wapres Maruf Imbau Kebijakan Pengembangan Halal Value Chain Dibuat Secara Utuh
Karena itulah, penting sekali bagi petambak udang menguasai hal seputar proses value chain dan supply chain.
Bagi para petambak udang yang merupakan mitra startup aquatech Indonesia Delos, tidak perlu resah.
Delos mengantisipasi hal ini dengan salah satu layanan unggulannya yakni AquaLink.
Melalui AquaLink, Delos akan mengkonsolidasikan value chain dari hulu ke hilir, mulai dari pemilihan bahan baku seperti benur dan pakan, pemrosesan, pemasaran, jalur ekspor, hingga penjualan langsung ke pasar luar negeri seperti Jepang dan Amerika, yang tentunya bernilai lebih tinggi.
CEO Delos, Guntur Mallarangeng mengatakan, pihaknya mampu memberikan solusi berbasis data untuk masalah sehari-hari yang dihadapi petambak udang, dengan mengoptimalisasikan pengelolaan dan meningkatkan daya guna tambak.
"Sambutan positif telah terasa sejak November 2021 lalu, jangkauan tambak Delos kini semakin luas tersebar di berbagai pulau di Indonesia. Saat ini, banyak permintaan dari berbagai wilayah agar kami membantu mereka. Masih ada ribuan hektar tambak potensial yang dapat dikembangkan. Kami memang ingin mendorong Indonesia untuk sadar bahwa lautan kita yang luas memiliki potensi besar untuk menjadi sumber penggerak ekonomi nasional yang besar dan berkelanjutan," katanya dalam siaran pers yang diterima, Jumat (8/7/2022).
Baca juga: Ralali Garap Supply Chain Industri Perhotelan yang Terhubung dengan UKM di Yogyakarta
Seperti diketahui, harga jual udang menjadi tinggi ketika sudah berada di pasar luar negeri.
Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa petambak udang juga perlu memperhatikan supply chain atau rantai pasok yang terintegrasi ke pasar luar negeri, meskipun biaya operasional dan risiko panennya tergolong tinggi.
Adanya perubahan kecil dalam kualitas air atau pakan saja dapat berdampak besar pada hasil panen.
Baca juga: Pebisnis Perlu Percepat Penerapan Supply Chain Digital
Selain produktivitas, rantai pasok (supply chain) yang terintegrasi ke pasar luar negeri masih menjadi masalah mendasar bagi industri akuakultur Indonesia.
AquaLink sebagai sebuah produk integrasi supply chain, yang akan menghubungkan petambak udang dengan rantai pasokan dunia memfasilitasi penjualan hasil panen dengan harga dan sistem pembayaran yang terbaik.
Guntur menambahkan, Indonesia dapat bersaing di industri makanan laut internasional.
Asalkan petambak udang di Indonesia sudah dapat mengkonsolidasikan mulai dari proses awal, pemilihan benur, pakan, dan panen yang baik, serta pengemasan hingga ekspor ke Amerika dan Eropa.
"Kami bermimpi mempunyai merk udang sendiri, made in Indonesia yang bisa bersaing di luar negeri.”
Prospek usaha di bidang agrikultur menjadi salah satu industri akar rumput yang berperan besar untuk GDP Indonesia, dan berkontributor cukup signifikan dari industri perikanan Indonesia.