Ekspansi Bisnis, BUMN Pupuk Ini Bakal Bangun Pabrik NPK di Yordania
Direktur Utama PT Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo mengatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk melakukan ekspansi bisnis
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guna menjaga keberlangsungan perusahaan serta memperkuat industri petrochemical nasional, PT Petrokimia Gresik akan melakukan enam ekspansi bisnis.
Direktur Utama PT Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo mengatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk melakukan ekspansi bisnis tidak sebatas menjadi perusahaan solusi agroindustri saja, tetapi juga centra petrochemical industry di masa mendatang.
Hal ini sesuai dengan tema yang diusung dalam HUT ke-50 tahun yakni “Beyond Infinity” yang dapat diartikan sebagai semangat untuk terus melampaui batas-batas yang ada.
Baca juga: Catat Kinerja Positif Tahun 2021 Petrokimia Gresik Bukukan Laba Rp 1,94 Triliun
Strategi pertama yang dicanangkan kata Dwi Satriyo adalah menjaga pasokan NPK di Indonesia dengan menjajaki pembangunan pabrik pupuk buatan NPK(Nitrogen, Fosfor, Kalium) di Yordania. Langkah strategis ini dilakukan bersama holding Pupuk Indonesia untuk mendekatkan pabrik NPK Petrokimia Gresik dengan sumber bahan baku sehingga diharapkan dapat mengefisienkan biaya produksinya.
Selanjutnya, strategi kedua dan ketiga adalah peningkatan produktivitas NPK nasional dengan melakukan konversi pabrik, dari pabrik pupuk Fosfat menjadi pabrik NPK Phonska V, serta mempersiapkan pendirian pabrik baru NPK Phonska VI.
“Ketiga langkah strategis tersebut tidak hanya akan mengamankan produktivitas NPK nasional, tapi juga memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai produsen NPK terbesar di Indonesia, bahkan Asia. Sehingga kesempatan untuk ekspansi pasar internasional semakin terbuka lebar, tentunya setelah memenuhi kebutuhan pupuk di dalam negeri,” ujar Dwi Satriyo dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Kamis(14/7/2022).
Keempat, struktur bisnis perusahaan yang erat kaitannya dengan bahan baku gas juga menjadi perhatian Petrokimia Gresik, dimana perusahaan akan melakukan penjajakan untuk mendapatkan suplai gas baru dari utara pulau Jawa. Pasokan gas ini rencananya akan dimanfaatkan untuk pengembangan pabrik Amoniak-Urea (Amurea) III atau pengembangan lainnya.
“Jika Petrokimia Gresik berhasil memperoleh pasokan gas yang baru, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas pupuk Urea melalui pengembangan pabrik Amurea III. Sehingga ke depan kita tidak hanya menjadi leader di pasar NPK, tapi juga Urea,” ujarnya.
Strategi Petrokimia Gresik berikutnya tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi pupuk saja, tapi juga mendorong kemajuan industri kimia nasional.
Di antaranya pembangunan pabrik soda ash berkapasitas 300.000 ton per tahun, dengan memanfaatkan produk hilir dari pabrik Amoniak-Urea berupa CO2 yang diolah menjadi bahan baku pembuatan soda ash.
“Nantinya ini akan menjadi produk soda ash pertama buatan dalam negeri untuk membantu mengurangi ketergantungan impor soda ash yang mencapai 1 juta ton per tahun,” ujar Dwi Satriyo.
Baca juga: Rugikan Industri Petrokimia, Pengusaha Minta Tunda Bea Masuk Nol Persen Bahan Baku dari UEA
Seperti diketahui, kebutuhan soda ash nasional sangat tinggi sebagai tumpuan bahan baku berbagai produk yang banyak kita temui sehari-hari, seperti sabun, deterjen, kertas, tekstil, keramik, gelas, kaca dan lain sebagainya.
Selanjutnya, komitmen Petrokimia Gresik untuk kemajuan industri kimia nasional juga tampak dari strategi keenam, yakni upaya Petrokimia Gresik melakukan scale up pabrik Green Surfactant. Produk ini mendapatkan sambutan baik dari industri minyak dan gas setelah pertama kali dipasarkan pada tahun 2021 kemarin.