Provinsi Aceh Maksimalkan Pendapatan Daerah Lewat Potensi Pariwisata dan Kopi Gayo
Pemerintah Daerah Provinsi Aceh terus memaksimalkan perolehan pendapatan daerah melalui potensi pariwisata dan komoditas
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Daerah Provinsi Aceh terus memaksimalkan perolehan pendapatan daerah melalui potensi pariwisata dan komoditas unggulannya yakni kopi Gayo.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal mengungkapkan, pariwisata di Aceh patut dimaksimalkan. Pasalnya, provinsi yang terletak di ujung Pulau Sumatera ini memiliki keanekaragaman hayati.
Serta memiliki kondisi geografis yang indah, mulai dari pegunungan hingga garis pantai yang cantik.
Ditambah lagi, banyak pula desa pariwisata di Aceh yang sukses menyabet penghargaan di tingkat nasional.
Baca juga: Erick Thohir Ingin Semua Pihak Berkolaborasi Majukan Industri Kopi Indonesia
Kemudian, komoditas unggulan kopi Gayo merupakan salah satu kopi jenis arabika terbaik di Indonesia, bahkan dunia.
Faktor-faktor tersebut merupakan potensi besar yang harus dimaksimalkan, dan menjadi sumber pendapatan daerah.
Hal ini diungkapkan Almuniza dalam peluncuran portal ke-65 Tribun Network yakni TribunGayo.com, di Aceh pada Kamis (21/7/2022).
“Ini adalah langkah besar dalam memantapkan wilayah gayo sebagai destinasi wisata. Dan untuk selanjutnya, akan menjadikan pariwisata berbasis alam dan budaya sebagai pemasok pendapatan daerah yang sangat potensial,” ucap Almuniza.
Dirinya melanjutkan, untuk mencapai cita-cita tersebut, seluruh insan masyarakat harus turut mendukung dan berkolaborasi agar pariwisata Aceh kian menjadi primadona.
Partisipasi aktif masyarakat dinilai sangat vital untuk menyiapkan iklim yang kondusif bagi semua daerah wisata.
Meski sektor pariwisata terus didorong dan dimaksimalkan potensinya, Almuniza juga menekankan agar pariwisata di Aceh tidak boleh dilepas dari kenyataan bahwa Aceh merupakan Provinsi yang menerapkan Syariah Islam sebagai paradigma.
Baca juga: Singgah di Warung Kopi Tertua di Desa Sembungan Wonosobo, Sandiaga Wujudkan Keinginan Pemiliknya
Batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh agama tidak boleh dianggap sebagai penghambat, namun harus disikapi sebagai tantangan.
Agar dari hal tersebut menciptakan kegiatan wisata atau destinasi wisata yang tetap berada pada bingkai Syariah Islam.
“Dalam hal ini potensi tanah Gayo sebagai destinasi wisata syariah telah mengungguli daerah lain di Indonesia. Kita membutuhkan seluruh dukungan demi wujudkannya,” pungkas Almuniza.