IMF Peringatkan Inflasi Tinggi Bisa Mengancam Ekonomi ke Jurang Resesi
IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat hampir nol pada tahun depan.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
"Inflasi pada level saat ini merupakan risiko yang jelas untuk stabilitas makroekonomi saat ini dan masa depan, membawanya kembali ke target bank sentral harus menjadi prioritas utama bagi pembuat kebijakan," kata Gourinchas.
AS dan China Turun
Untuk Amerika Serikat, IMF mengonfirmasi bahwa prospek pertumbuhan ekonomi berada di angka 2,3 persen untuk tahun 2022.
Sedangkan di tahun 2023 berada di angka 1,0 persen, yang sebelumnya mengalami pemotongan sebanyak dua kali sejak April karena permintaan yang melambat.
IMF memangkas perkiraan pertumbuhan PDB China untuk tahun 2022 menjadi 3,3 persen dari 4,4 persen pada April, mengutip wabah Covid-19 dan penguncian yang meluas di kota-kota besar yang telah membatasi produksi dan memperburuk gangguan rantai pasokan global.
IMF juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Eropa untuk tahun 2022 menjadi 2,6 persen dari 2,8 persen pada April, yang mencerminkan dampak inflasi dari perang di Ukraina.
Namun, perkiraan pemangkasan pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam akibat perang di Ukraina akan menimpa Jerman, dengan prospek pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 turun menjadi 1,2 persen dari 2,1 persen pada April.
Italia justru melihat peningkatan dalam prospek pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 yang dipengaruhi oleh sektor pariwisata dan industri.
IMF mengatakan pekan lalu bahwa Italia bisa mengalami resesi yang dalam di bawah embargo gas Rusia.
Ekonomi Rusia akan berkontraksi sebesar 6,0 persen pada tahun 2022 karena pengetatan sanksi keuangan dan energi Barat, tetapi akan kembali turun sebesar 3,5 persen pada tahun 2023.
Sedangkan prospek pertumbuhan ekonomi Ukraina diperkirakan akan menyusut sekitar 45 persen karena perang, tetapi perkiraan itu datang dengan ketidakpastian yang ekstrem.