Harga Minyak Naik Imbas Menurunnya Stok dan Kenaikan Suku Bunga The Fed
Kenaikan itu terjadi di tengah persediaan minyak mentah yang rendah dan meningkatnya permintaan bensin di Amerika Serikat (AS).
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak naik lebih dari 1 dolar AS per barel pada perdagangan hari ini, Kamis (28/7/2022).
Kenaikan itu terjadi di tengah persediaan minyak mentah yang rendah dan meningkatnya permintaan bensin di Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 1,20 dolar AS atau 1,1 persen menjadi 107,82 dolar AS per barel pada pukul 01:58 GMT.
Baca juga: Pasokan Gas Rusia Dipangkas, Harga Minyak Langsung Melambung
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,5 persen menjadi 98,70 dolar AS per barel, setelah naik 2,28 dolar AS di sesi perdagangan sebelumnya.
"Sentimen risiko telah pulih dari ketakutan resesi karena optimisme pendapatan AS yang sedang berlangsung dan retorika Fed yang kurang agresif tentang kenaikan suku bunga, yang mendukung reli di pasar minyak mentah," kata seorang analis di CMC Markets, Tina Teng.
Tina Teng menambahkan, melemahnya nilai dolar AS juga telah mengangkat harga komoditas.
Federal Reserve AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar tiga perempat poin presentase pada Rabu (27/8/2022) malam, untuk menekan inflasi, sementara dolar AS jatuh menyusul kenaikan suku bunga ini.
Melemahnya nilai dolar AS membuat minyak, yang dihargai dalam dolar AS, menjadi lebih murah untuk dibeli oleh konsumen di negara lain.
Pada pasokan, stok minyak mentah AS turun 4,5 juta barel pekan lalu, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 1 juta barel. Sementara menurut data dari Administrasi Informasi Energi mengungkapkan permintaan bensin di AS rebound 8,5 persen.
Baca juga: Stabilkan Krisis Energi Global, AS Tambah Penjualan Minyak Mentah Hingga 20 Juta Barel
"AS mengkonsolidasikan posisinya sebagai pengekspor minyak bumi terbesar di dunia," kata seorang analis di perusahaan jasa keuangan, Citi dalam sebuah catatan.
Berdasarkan data dari Citi, ekspor minyak mentah AS mencapai rekor 4,6 juta barel per hari. Ekspor meningkat karena WTI diperdagangkan dengan diskon tajam, membuat pembelian minyak mentah AS lebih menarik bagi pembeli asing.
Para eksekutif di industri bahan bakar mengatakan pertumbuhan produksi minyak mentah AS dapat dibatasi oleh ketersediaan peralatan dan kru fracking, serta kendala modal.
Kenaikan harga minyak juga didorong oleh rencana Group of Seven (G7) untuk membatasi harga ekspor minyak Rusia, yang diungkapkan oleh seorang pejabat senior G7 akan mulai berlaku pada 5 Desember mendatang.
Baca juga: The Fed Resmi Naikkan Suku Bunga Lagi 75 Bps, Analis: Bikin Investor Optimis
Sementara itu, Rusia telah memotong pasokan gas melalui pipa Nord Stream 1 menjadi 20 persen dari kapasitasnya. Menurut para analis, hal ini dapat memicu beralihnya konsumen dari sumber energi gas ke minyak mentah sehingga mendorong kenaikan harga minyak dalam jangka pendek.