Ekonomi Amerika Kontraksi, Joe Biden hingga Janet Yellen Bantah AS Mengalami Resesi
Joe Biden pun mencoba menenangkan kekhawatiran warga AS menyusul dirilisnya data baru yang menunjukkan ekonomi AS berkontraksi selama dua kuartal
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Janet Yellen Sebut Ekonomi AS Tidak Dalam Resesi
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen, mengatakan ekonomi AS berada dalam keadaan transisi, bukan resesi, meskipun dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif.
Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) AS mengalami kontraksi tahunan sebesar 0,9 persen pada kuartal kedua tahun 2022. Sedangkan di kuartal pertama tahun ini PDB AS berada di angka 1,6 persen.
Penurunan untuk kedua kalinya secara berturut-turut ini membuat AS secara teknis masuk ke dalam resesi.
Baca juga: IMF Peringatkan Inflasi Tinggi Bisa Mengancam Ekonomi ke Jurang Resesi
Dilansir dari CNBC, Jumat (29/7/2022) Yellen bersikeras bahwa resesi merupakan bentuk dari pelemahan ekonomi secara luas, yang mencakup PHK besar-besaran, penutupan bisnis, ketegangan dalam keuangan rumah tangga dan perlambatan aktivitas sektor swasta.
“Itu bukan apa yang kita lihat sekarang,” kata Yellen saat konferensi pers di kantor Departemen Keuangan.
“Anda dapat melihat pertumbuhan ekonomi dari sisi penciptaan lapangan kerja yang terus berlanjut, keuangan rumah tangga yang tetap kuat, belanja untuk konsumsi dan bisnis yang meningkat,” ujarnya.
Dalam konferensi pers di kantor Departemen Keuangan, Yellen memulai dengan membacakan daftar pencapaian ekonomi pemerintah, termasuk pertumbuhan penggajian nonpertanian lebih dari 9 juta.
Kemudian Yellen mengatakan bahwa Inflasi telah membuktikan hambatan yang lebih besar, naik menjadi 9,1 persen pada bulan Juni sementara pertumbuhan ekonomi gagal mengikuti.
Baca juga: Janet Yellen Sebut Ekonomi AS Tidak Dalam Resesi, Meskipun PDB Merosot
Tingkat kepercayaan konsumen dan bisnis telah jatuh, dengan survei baru-baru ini menunjukkan sebagian besar orang Amerika percaya negara itu dalam resesi.
Yellen mengakui adanya beban yang ditanggung oleh harga yang lebih tinggi dan mengatakan bahwa pemerintah AS saat ini berfokus untuk mengatasi situasi tersebut.
“Kami telah memasuki fase baru dalam pemulihan kami yang berfokus pada pencapaian pertumbuhan yang stabil tanpa mengorbankan keuntungan dari 18 bulan terakhir,” katanya.
“Kami tahu ada tantangan di depan kami. Pertumbuhan melambat secara global. Inflasi tetap sangat tinggi, dan merupakan prioritas utama pemerintahan ini untuk menurunkannya,” tambah Yellen.
Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden dan Yellen sama-sama menggembar-gemborkan rancangan undang-undang baru yang tampaknya telah disetujui oleh anggota parlemen Demokrat untuk memerangi inflasi.