Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Krisis Keuangan di Depan Mata, Tapi Perbankan Tanah Air Tetap Optimistis

Negara berkembang perlu mewaspadai kemungkinan terjadinya krisis keuangan yang bakal melanda banyak negara.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Krisis Keuangan di Depan Mata, Tapi Perbankan Tanah Air Tetap Optimistis
Financial Times
Bahkan kabarnya The Fed memberikan sinyal akan menaikkan lagi suku bunga pada pertemuan The Fed berikutnya di bulan September untuk menekan risiko naiknhya inflasi AS. 

“Kenaikan tingkat suku bunga Fed ini cukup surprise karena masih ada ruang bagi Fed untuk naik 4 kali lagi sampai akhir tahun demi mengendalikan inflasi di AS,” ucap Bhima.

“Kalau Fed naik agresif, dikhawatirkan dana dari negara berkembang semakin banyak ditarik pulang ke negara maju atau masuk ke dollar AS,” lanjutnya.

Bhima menyarankan kepada Pemerintah atau Bank Indonesia agar mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi langkah The Fed. Salah satunya adalah Bank Indonesia(BI) merespon dengan menaikan suku bunga pada Rapat Dewan Gubernur di bulan depan.

“Tapi tergantung apa BI masih tetap tahan suku bunga, atau naik 50 bps dalam RDG berikutnya. Kalau BI naikan suku bunga rupiah bisa relatif lebih stabil,” pungkas Bhima.

Rupiah Menguat

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru terpantau menguat meski The Fed menaikkan suku bunga.

Mengutip data Bloomberg sekitar pukul 09.10 WIB, rupiah sukses menembus ke level Rp14.943 dari posisi penutupan perdagangan di hari sebelumnya sebesar Rp15.010 per dolar AS.

Berita Rekomendasi

Penutupan Kamis sore nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat. Hal itu imbas pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang dipandang 'dovish' (pelonggaran kebijakan).

Rupiah ditutup menguat 88 poin atau 0,59 persen ke posisi Rp14.922 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.010 per dolar AS.

Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah mendapatkan angin segar setelah pengumuman the Fed dinihari tadi.

“Ini karena the Fed memberikan indikasi bahwa tidak akan terlalu agresif di rapat berikutnya,” ucap Ariston.

Terpisah, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, untuk kondisi ekonomi di Indonesia sendiri masih tergolong aman, dan mampu bertahan dari berbagai gempuran dampak ketidakpastian ekonomi global. Menurut Jahja, Indonesia memiliki sejumlah komoditas unggulan.

Pada sektor tambang, Indonesia merupakan negara penghasil batubara, nikel, hingga tembaga. Sementara di sektor perkebunan Indonesia memiliki produksi sawit yang sangat besar.

Seiring melonjaknya nilai tukar dolar AS, maka Indonesia memiliki dapat meraup cuan dari sisi aktivitas ekspor.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas