Analis: Negara di Eropa Berpotensi Mengalami Resesi Imbas Perang Ukraina
Menurut Nico itu merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan, karena tentu saja dampaknya akan mendorong krisis biaya hidup nantinya.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Invasi Rusia ke Ukraina telah memberikan dampak signifikan bagi roda perekonomian di Eropa.
Mulai dari menciptakan inflasi akibat terganggunya rantai pasokan makanan hingga potensi terjadinya resesi.
"Dari invasi (di Ukraina), menjadi inflasi, sekarang potensi resesi hingga krisis berpotensi besar untuk terjadi (di Eropa)," ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dalam risetnya, Rabu (10/8/2022).
Baca juga: Ekonom Sebut Indonesia Masih Jauh dari Kondisi Resesi, Ini Indikatornya
Menurut Nico itu merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan, karena tentu saja dampaknya akan mendorong krisis biaya hidup nantinya.
"Sebelumnya kalau teman teman ingat, Bank Sentral Inggris sudah menyampaikan bahwa inflasi akan mencapai puncaknya tahun ini dengan nilai lebih dari 13 persen. Lalu, 10 persen di antaranya merupakan komponen energi, dan sisanya melonjaknya biaya pangan," kata Nico.
Ini merupakan efek domino yang harus dihadapi, dan tidak mungkin selamanya produsen mampu menanggung beban tersebut.
"Nantinya, tetap konsumen yang harus membayar harga tersebut, sehingga mendorong beban yang lebih besar lagi. Invasi telah membuat dunia kekurangan produk utamanya, seperti gandum dan minyak nabati," tuturnya.
Nico menambahkan, para pembuat makanan di Eropa, saat ini sedang berjibaku dengan harga energi yang tinggi, perdagangan gas, batu bara, dan listrik.
Belum lagi ketika memasuki musim dingin yang akan mendorong permintaan energi untuk pemanas dan pembangkit listrik meningkat.
Baca juga: Ekonom Eric Scheidegger: Tidak Ada Resesi di Swiss Tahun Ini
Saat ini biaya bahan baku yang tinggi masih terus mempengaruhi penjualan, meskipun daya beli masih mampu mengikuti.
"Namun kami perhatikan, hal ini berpotensi tidak bisa terjadi dalam jangka waktu menengah hingga panjang. Oleh sebab itu ada sesuatu yang harus dilakukan untuk bisa mengatasi masalah inflasi," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.