Menteri Teten Ungkap Sejumlah Kendala Kinerja Ekspor UMKM Masih Minim
Nilai kontribusi ekspor UMKM di Indonesia masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki mengungkapkan, kontribusi ekspor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap nilai ekspor nasional baru mencapai 15,6 persen.
Bila dicermati lebih lanjut, nilai kontribusi ekspor UMKM di Indonesia masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Teten pun membeberkan sejumlah alasan yang membuat kinerja ekspor UMKM di Indonesia masih terbilang kecil.
Hal tersebut disebabkan mulai dari kurangnya penerapan teknologi dan inovasi, hingga tingginya biaya logistik di Tanah Air.
Baca juga: Talkshow Tribun Network di Padang, Menteri Teten Masduki dan Zulkifli Hasan Beri Tips Kembangan UKM
“Ada beberapa penyebab utama UMKM kita sulit ekspor. Diantaranya skala usaha yang masih didominasi usaha mikro, akses pembiayaan rendah, kurangnya penerapan teknologi dan inovasi termasuk digitalisasi, dan juga tingginya biaya logistik,” ucap Menteri Teten dalam Talkshow Tribun Padang bertajuk Peran Pemerintah Kota dalam Membangun UKM Berorientasi Ekspor, Rabu (10/8/2022).
Salah satu upaya pemerintah untuk menggenjot kinerja ekspor adalah memfasilitasi UMKM untuk mengantongi standarisasi mutu dan sertifikasi produk.
Kepemilikan standarisasi mutu dan sertifikasi produk akan memberikan manfaat untuk UMKM, salah satunya pengakuan terhadap standar mutu produk para pelaku usaha.
Selain itu, Pemerintah juga mendorong para perbankan untuk memperbesar porsi pemberian fasilitas kredit kepada UMKM.
“Pemerintah memberikan berbagai macam kemudahan untuk mendukung upaya ekspor produk UMKM, diantaranya memberikan kemudahan akses standarisasi serta sertifikasi produk UMKM,” papar Menteri Teten.
“Kemudian menaikan porsi kredit perbankan menjadi 30 persen pada 2024 yang saat ini baru mencapai 20 persen, fasilitas kemitraan UMKM dan usaha besar. Dengan begitu bisa secara perlahan menyiapkan UMKM bagian dari industrialisasi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, Riza Damanik mengungkapkan, dibandingkan China dan India, persentase kontribusi ekspor UMKM Indonesia terpaut sangat jauh.
Baca juga: Bea Cukai Berikan Kemudahan Ekspor UMKM, Simak Aturan Baru Pemungutan Bea Keluar
“Indikasinya terlihat dari kontribusi ekspornya yang masih dikatakan relatif terbatas. Jika kita bandingkan, saat ini pada kisaran 15,6 persen atau jauh di bawah kontribusi UMKM China yang sudah 68 persen, India sudah 40 persen, Malaysia dan Vietnam sudah sekitar 17 persen,” ucap Riza.
Dirinya melanjutkan, Pemerintah melalui Kemenkop UKM menargetkan kenaikan kontribusi ekspor UMKM Nasional di kisaran 17 persen pada tahun 2024.
Untuk mencapai target tersebut, pihaknya tengah menyusun sejumlah strategi.
Pertama, Kemenkop UKM mendorong lahirnya 500 koperasi modern pada 2024 mendatang.
Koperasi tersebut akan menjadi role model dalam menghadapi tantangan-tantangan baru di tengah perkembangan dan kemajuan teknologi.
Kedua, membuat pilot project Rumah Produksi Bersama yang menjadi tempat bagi para pelaku UMKM dengan produk berbahan dasar serupa untuk melakukan aktivitas produksi secara bersama-sama di kawasan yang dilengkapi dengan teknologi terbaru.
Baca juga: Kontribusi Ekspor UMKM Masih Sangat Kecil, Kemenkop UKM Targetkan 17 Persen di 2024
"Dengan adanya rumah produksi bersama, pelaku UMKM kita yang punya bahan baku unggul di daerah masing-masing bisa semakin besar dengan fasilitas kelengkapan ataupun teknologi fasilitas yang inovasi tidak kalah dengan korporasi besar," papar Riza.
Ketiga, mendorong kemudahan para pelaku UMKM dalam mengakses fasilitas pembiayaan.
Riza mengungkapkan, akses pembiayaan merupakan hal yang sangat krusial. Lantaran, berkembangnya suatu usaha tentu membutuhkan modal yang cukup agar bisnisnya dapat meningkat.
Dalam hal ini Kemenkop UKM menggandeng Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Tak sampai di situ, Kemenkop UKM juga mendorong peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan mendorong digitalisasi bagi para pelaku UMKM.
"Di 2024 kita menargetkan 30 juta UMKM sudah go digital dan menjadi bekal kita untuk mendapat manfaat dari ekonomi digital yang terus tumbuh," pungkasnya.