Anggap Dolar AS 'Mata Uang Beracun', Rusia dan Turki Lakukan Transaksi Pembayaran Gas Dengan Rubel
Selain untuk pembelian gas alam, rubel juga akan digunakan sebagai bagian dari memperdalam hubungan perdagangan antara kedua negara.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM – Rusia dan Turki menyepakati pengalihan pembayaran gas alam dengan rubel.
Rusia menghindari transaksi dengan dolar Amerika Serikat karena dianggap “mata uang beracun”.
Selain untuk pembelian gas alam, rubel juga akan digunakan sebagai bagian dari memperdalam hubungan perdagangan antara kedua negara.
Demikian dalam sebuah pengumuman pemerintah Turki pada Kamis (11/8/2022) dikutip dari Russia Today.
Rusia menyebut mata uang itu "beracun", karena sanksi Barat mempersulit transaksi. Ini juga membantu Turki melindungi cadangan mata uang kerasnya yang semakin menipis.
Baca juga: Imbas Inflasi, Utang Energi Inggris Membengkak Tembus Rekor Tertinggi
Pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Ankara akan mulai membayar beberapa impor gas alam dari Rusia dalam rubel setelah beberapa jam pembicaraan dengan timpalannya dari Rusia Vladimir Putin di Sochi.
Kedua negara juga menandatangani peta jalan untuk kerja sama ekonomi yang membayangkan membawa omset perdagangan bilateral menjadi 100 miliar dolar AS per tahun. Presiden juga membahas berbagai masalah, termasuk ekspor gandum Ukraina.
Awal bulan ini, Putin mengatakan negara-negara UE harus berterima kasih kepada Turki karena memastikan pasokan gas Rusia yang andal ke blok itu melalui pipa TurkStream.
Kesepakatan itu terjadi di tengah sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia atas operasi militernya di Ukraina.
Memanasnya pasar energi pasar global telah membuat Turki memperluas hubungan perdagangan dengan perusahaan gas Moskow dan menolak seruan UE untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.
Erdogan tak merinci berapa banyak persentase impor gas yang akan dilakukan negaranya, namun mengutip dari Bloomberg untuk mempermudah perdagangan gas nantinya Turki akan menggunakan mata uang rubel dengan sistem pembayaran Mir.
Baca juga: Lewat Surat, Ratusan Ekonom Ingatkan Kongres AS, Ingatkan RUU Pajak dan Energi Bisa Perparah Inflasi
Sistem pembayaran Mir berupa Kartu Pembayaran Nasional (National Payment Card System/NPCS), atau kartu 'Mir'. Kata Mir memiliki arti "dunia" atau "damai". Kartu ini dibuat jika terjadi pemutusan kartu dari sistem pembayaran internasional.
“Pembayaran dalam rubel akan menjadi sumber dukungan keuangan bagi Rusia dan Turki, seraya menambahkan gubernur bank sentral kedua negara juga bertemu selama kunjungan tersebut,” jelas juru bicara Ankara.
Sistem pembayaran Mir akan diterapkan pada lima perbankan Turki, langkah ini diambil Erdogan untuk mengurangi kerugian lira, yang saat ini tengah mengalami devaluasi atau pengurangan nilai.
Pada perdagangan Senin (8/8/2022) nilai lira melesat turun di level 17,92 melawan dolar, dari sebelumnya lira dipatok dikisaran 18,4 terhadap dolar.
Baca juga: Putin Rilis Dekrit Baru, Larang Investor Barat Jual Saham Energi Asal Rusia
Selain memperluas perdagangan bilateral, nantinya Rusia juga akan menyediakan likuiditas valuta asing untuk membantu Turki menyelesaikan penyelesaian pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di pantai Mediterania.
Dengan meningkatkan produksi gas dalam negeri di tengah memanasnya harga energi pasar global. Erdogan yakin laju inflasi yang menimpa negaranya dapat melandai.
Saat ini inflasi tahunan Turki meroket hampir 80 persen. Meningkat drastis apabila dibandingkan dengan jumlah tahun lalu.