Investasi Reksa Dana Berbasis ESG Semakin Diminati
saat ini, khususnya reksadana pasar uang sebaiknya dimiliki oleh investor karena paling likuid dan berisiko paling rendah
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Reksa Dana Indeks di Indonesia terlihat menunjukkan tren peningkatan dana kelolaan yang signifikan.
Selama periode 2016-2021, CAGR Reksa Dana Indeks tumbuh di atas 60 persen sedangkan untuk di tahun 2022 yang challenging ini masih mampu membukukan pertumbuhan dana kelolaan sebesar 18,2 persen (YTD per Juni 2022).
"Hal ini menunjukkan minat investasi yang tinggi dari investor di Indonesia untuk produk-produk Indexing yang dikenal transparan dan berlikuiditas tinggi," kata Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P Tamba dalam keterangannya, Rabu (24/8/2022).
Baca juga: Survei Alto Membuktikan, Kripto Lebih Populer dibanding Reksa Dana di Kalangan Milenial
Hal ini juga dirasakan DIM karena sejak peluncuran hingga per Juli 2022 ini produk Danareksa MSCI Indonesia ESG Screened Kelas B telah menghimpun dana kelolaan sebesar Rp 150 miliar.
Produk reksadana berbasis Environmental, Social and Governance (ES) ini diperdagangkan khusus untuk investor institusi melalui tenaga pemasar DIM dan merupakan produk investasi yang mengacu kepada indeks MSCI Indonesia ESG Screened.
Baca juga: Fitur Instant Redemption Bantu Investor Cairkan Investasi Reksa Dana dalam Hitungan Detik
Adapun dipilihnya MSCI Indonesia ESG Screened sebagai indeks acuan Reksa Dana Indeks, karena penyedia indeks ini sudah dikenal dan diterima oleh investor, khususnya mereka yang melakukan pendekatan ESG dan ini terdiversifikasi dengan cakupan 21 saham dari 6 sektor.
Marsangap mengatakan, dirinya melihat perkembangan reksadana di industri pada semester pertama ini penuh tantangan.
"Di satu sisi, Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif dan berada pada early business cycle, dan di sisi lain perkembangan kondisi ekonomi global khususnya Amerika Serikat menunjukkan potensi resesi," katanya.
Ia menambahkan, dalam kondisi sekarang ini, khususnya reksadana pasar uang sebaiknya dimiliki oleh investor karena paling likuid dan berisiko paling rendah yang akan cocok untuk segala kondisi makro.