Cegah APBN Jebol, Pemerintah Diminta Bijak Dalam Memberikan Subsidi
Seluruh potensi dan energi harus bergerak melakukan akselerasi untuk memulihkan, membangkitkan dan memperkuat lagi ekonomi Indonesia setelah pandemi.
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Menurut proyeksinya, konsumsi Solar bakal tembus 17,44 juta kilo liter (KL), sedangkan konsumsi Pertalite bakal mencapai 29,07 juta kilo liter.
Padahal kuota Pertalite pada tahun ini hanya dipatok 23 juta KL. Sementara Solar subsidi jumlah kuotanya sebesar 14,9 juta KL.
Baca juga: Harga BBM Pertalite Hari Ini, Minggu 28 Agustus 2022 Wilayah Kaltim, Jakarta, Sumatera Utara
“Artinya, konsumsi Pertalite bakal 126 persen dari kuota yang ditentukan 2022. Kalau diasumsikan konsumsinya 1,5 juta per bulan, berarti (kuota) ini akan habis pada Oktober 2022,” ucap Menkeu dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (26/8/2022).
Yang menjadi sorotan Menkeu adalah, masih banyak pelaku usaha dan orang kaya yang mengkonsumsi BBM subsidi.
Berdasarkan data yang ia peroleh, 89 persen konsumen yang mengkonsumsi solar subsidi adalah kalangan dunia usaha. Kemudian 11 persennya dinikmati oleh kalangan rumah tangga.
Bila ditilik lebih jauh dari yang dinikmati oleh rumah tangga, ternyata 95 persennya dinikmati rumah tangga mampu dan hanya 5 persen yang dinikmati rumah tangga miskin (petani dan nelayan).
Sementara untuk Pertalite, 86 persen dinikmati rumah tangga dan sisanya 14 persen dinikmati oleh dunia usaha.
Dari yang dinikmati rumah tangga, ternyata 80 persen dinikmati oleh rumah tangga mampu dan 20 persen dinikmati oleh rumah tangga miskin.
Menkeu Sri Mulyani juga menegaskan, bahwa anggaran subsidi energi senilai Rp 502 triliun yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah bakal habis sebelum akhir 2022.
Anggaran tersebut juga tak tepat sasaran, mengingat masih dominan orang mampu yang mengkonsumsi BBM subsidi tersebut.
“Artinya dengan ratusan triliun ini yang menikmati kelompok paling mampu. Entah pertalite atau solar. Belum lagi bicara soal LPG,” ujar Sri Mulyani.