AirAsia akan Tambah Armada Airbus A321neo untuk Dorong Pertumbuhan Bisnis Perusahaan
Dilansir dari Reuters, Senin (29/8/2022) maskapai itu mengatakan bahwa pihaknya telah mengoperasikan 65 pesawat selama kuartal yang berakhir 30 Juni.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – AirAsia, maskapai penerbangan bertarif terjangkau asal Malaysia, berencana untuk melanjutkan pengiriman pesawat dari Airbus yang berjenis A321neo mulai tahun 2024.
Maskapai yang merupakan salah satu pelanggan terbesar Airbus, hanya mengambil empat A321neo sebelum pandemi Covid-19.
"Kami akan menerima pengiriman Airbus A321neo baru mulai tahun 2024, yang selanjutnya akan mengurangi emisi per kursi kami sebesar 20 persen, sambil semakin mendorong pertumbuhan bisnis kami," kata Tony Fernandes, CEO AirAsia.
Baca juga: AirAsia Indonesia Buka Penerbangan Jakarta ke Silangit dan Bali-Makassar
Dilansir dari Reuters, Senin (29/8/2022) maskapai itu mengatakan bahwa pihaknya telah mengoperasikan 65 pesawat selama kuartal yang berakhir 30 Juni.
"Hingga Agustus, total 108 pesawat yang beroperasi telah kembali mengudara dan diperkirakan akan meningkat menjadi 160 pada akhir tahun ini untuk mendukung permintaan konsumen yang kuat dan terus meningkat," kata Bo Lingam, Chief Executive AirAsia Aviation Group.
Di sisi lain, AirAsia membukukan kerugian operasional sebesar 491,3 juta ringgit atau sekitar 110,03 juta dolar AS untuk tiga bulan yang berakhir pada 30 Juni, dibandingkan dengan kerugian 792,2 juta ringgit pada periode tahun lalu.
Lingam mengatakan bahwa kombinasi mata uang yang lebih lemah terhadap dolar AS dan biaya perawatan yang lebih tinggi untuk membawa pesawat kembali beroperasi, telah memperpanjang proses mengembalikan bisnis penerbangan ke profitabilitas.
Baca juga: Maskapai AirAsia Indonesia Tambah Tiga Rute Penerbangan Domestik
Perusahaan bulan lalu juga melaporkan faktor beban maskapai yakni ukuran persentase kursi yang terisi, yang naik menjadi 84 persen pada kuartal kedua, mirip dengan tingkat pra-pandemi.