Penguatan Dolar Bikin Saham-saham di Bursa Asia Jatuh, Terendah Sejak Mei 2020
Sejumlah saham di pasar modal di Asia Pasifik yang tergabung dalam MSCI terpantau turun 1,8 persen, terendah sejak dua tahun terakhir
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEW.COM, SINGAPURA – Sejumlah saham di pasar modal di Asia Pasifik yang tergabung dalam Indeks MSCI terpantau turun 1,8 persen, dan menjadi penurunan terendah sejak dua tahun terakhir atau sejak Mei 2020.
Penurunan ini mulai terjadi setelah The Fed kembali menyerukan risalah hawkish dengan mengerek suku bunga ke level tertinggi di pertemuan akhir September nanti.
Alasan ini yang kemudian membuat nilai mata uang dolar AS melonjak ke level tertinggi pada perdagangan global.
Sayangnya aksi bullish dolar mendorong tekanan pada pasar global dan membuat mata uang dari negara-negara di Asia jatuh ke posisi terendah, seperti mata uang won Korea Selatan yang nilainya ambles hingga melesat ke titik terendah sejak 13 tahun lalu.
Tren itu disusul peso Filipina yang turun melewati 57 per dolar untuk pertama kalinya dan ringgit Malaysia yang jatuh ke level terendah 24 tahun.
Depresiasi atau penurunan mata uang ini yang membuat investor mulai melakukan penjualan saham ketimbang membeli aset-aset berisiko, meski cara tersebut dapat mengurangi potensi kerugian investor.
Baca juga: Bitcoin Merosot ke Level 18.000 Dolar AS, Terendah Sejak Dua Bulan
Namun imbas dari aksi jual massal ini sejumlah saham Asia ikut terseret ambles menuju level terendahnya.
“Dolar yang kuat tidak pernah menjadi berita baik untuk pasar Asia. Justru pasar cenderung meningkatkan biaya utang luar negeri, menghasilkan arus keluar modal yang lebih tinggi dan memberi tekanan pada bank sentral untuk mempertahankan daya tarik ekspor mereka dan spread imbal hasil." jelas ahli strategi Sanford C. Bernstein.
Menurut pantauan Bloomberg suasana risk-off pasar saham di dominasi oleh penurunan Saham teknologi, mengingat sektor ini sangat sensitif terhadap lonjakan suku bunga acuan.
Selama perdagangan Benchmark di bursa Asia pada Rabu (7/9/2022) saham teknologi asal Taiwan, Filipina, dan Vietnam kompak ambles hingga mencapai lebih dari 2 persen.
Baca juga: Bursa Saham Asia Melemah Jelang Rilis Data Ketenagakerjaan AS
Penurunan serupa juga terjadi pada indeks MSCI saham Asia Pasifik yang turun 1,3 persen, diikuti penurunan Indeks Topix Jepang sebanyak 0,6 persen, dan indeks Nikkei Jepang yang ambles 0,7 persen.
Sementara Indeks Hang Seng Hong Kong terpantau melemah hingga nilainya anjlok 0,8 persen. Menyusul yang lainnya saham pada indeks Hang Seng China Enterprises juga ikut terkerek turun 0,6 persen. Sedangkan Indeks Taiex Taiwan turun 1,8 persen dan Indeks Kospi Korea Selatan rontok 1,4 persen selama 24 jam terakhir.
Selain saham di atas, beberapa saham Asia Tenggara lainnya juga ikut mencatatkan raport merah seperti Indeks Straits Times Singapura yang turun 0,4 persen, Indeks Bursa Efek Filipina yang ambles 2,3 persen, serta Indeks VN Vietnam yang merosot sebanyak 2,7 persen.