Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Bergerak di Atas Rp15.000
Para investor di pasar tengah bersiap untuk menunggu pengumuman Federal Reserve yang dikabarkan kembali kenaikan suku bunga.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah ke level Rp15.010 pada Rabu pagi pukul 10.19 WIB (21/9/2022).
Sebelumnya pada Selasa (20/9/2022) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp14.983.
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, dolar AS tetap kokoh terhadap sejumlah mata uang lain.
Baca juga: Harga Minyak Anjlok, Investor Antisipasi Kenaikan Suku Bunga The Fed
Hal ini karena para investor di pasar tengah bersiap untuk menunggu pengumuman Federal Reserve yang dikabarkan kembali kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengendalikan inflasi di AS.
"Bank sentral secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) pada hari Rabu, meskipun para pedagang juga memperkirakan kemungkinan kenaikan mengejutkan sebesar 100 bps," papar Ibrahim, (20/9/2022).
Dengan adanya faktor tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah pada hari ini (21/9/2022) kemungkinan ditutup melemah di rentang Rp14.970 - Rp15.020.
Senada dengan Ibrahim, Pengamat Pasar Keuangan sekaligus Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra sebelumnya mengatakan, Rupiah terlihat rentan melemah karena pasar keuangan masih dibayangi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga acuan the Fed yang agresif sebesar 75 basis poin.
“Kalau melihat pergerakan nilai tukar regional dan utama dunia sore ini yang umumnya melemah terhadap dollar AS dapat disimpulkan bahwa pasar kompak sedang mengantisipasi rapat Bank Sentral AS yang hasilnya akan diumumkan pada hari Kamis dinihari pekan ini,” papar Ariston kepada Tribunnews belum lama ini.
“Dimana pasar berekspektasi the Fed masih akan agresif menaikan suku bunga acuannya yaitu sebesar 75 basis poin,” sambungnya.
Ariston kembali melanjutkan, dengan demikian, pasar menantikan kebijakan The Fed ke depan dari rapat tersebut.
“Dengan tingkat inflasi AS yang masih tinggi di atas 8 persen, pasar berekspektasi the Fed akan memberikan indikasi bahwa kebijakan pengetatan moneter bisa terus berlanjut hingga inflasi turun ke level target 2 persen,” pungkasnya.