Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Awas Resesi! IMF Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global 2023 Jadi 2,7 Persen

IMF mengungkapkan pertumbuhan PDB global tahun 2023 akan melambat menjadi 2,7 persen, turun dari perkiraan

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Awas Resesi! IMF Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global 2023 Jadi 2,7 Persen
Freepik
Ilustrasi Resesi. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk tahun 2023 karena adanya tekanan ekonomi 

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global dipicu oleh lonjakan 30 persen harga minyak dari level saat ini, penurunan tajam dalam investasi sektor properti China, pengetatan tajam kebijakan keuangan yang disebabkan oleh depresiasi mata uang di pasar negara berkembang dan pasar tenaga kerja, kata IMF.

IMF mengatakan kemungkinan 25 persen pertumbuhan global jatuh di bawah 2 persen pada tahun 2023, sebuah fenomena yang hanya terjadi lima kali sejak tahun 1970. Diperkirakan ada kemungkinan lebih dari 10 persen dari kontraksi PDB global.

Guncangan ini dapat membuat inflasi meningkat lebih lama, yang dapat memperkuat dolar AS, yang sekarang berada pada level terkuatnya sejak awal 2000-an.

IMF mengatakan kekuatan dolar AS menekan pasar negara berkembang dan dapat meningkatkan kemungkinan tekanan utang untuk beberapa negara. Namun Gourinchas mengatakan kekuatan dolar AS saat ini merupakan hasil dari kekuatan "ekonomi yang fundamental", termasuk pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di AS.

Baca juga: Sejumlah Tokoh Ekonomi Dunia Ungkap Resesi Global akan Segera Tiba, Begini Proyeksinya

Outlook Ekonomi Dunia dirilis ketika IMF dan Bank Dunia memulai pertemuan tahunan pertama mereka dalam tiga tahun. Penghapusan utang pasar negara berkembang diharapkan menjadi topik utama diskusi dalam pertemuan yang diadakan di Washington. Gourinchas mengatakan sekaranglah waktunya bagi pasar negara berkembang untuk “memperketat lubang” untuk mempersiapkan kondisi yang lebih sulit.

Kebijakan yang tepat untuk sebagian besar negara berkembang adalah memprioritaskan kebijakan moneter untuk stabilitas harga, dan “menghemat cadangan devisa yang berharga ketika kondisi keuangan benar-benar memburuk”, saran Gourinchas.

BERITA REKOMENDASI
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas