Indeks CPI China di September Melesat 2,8 Persen, Tertinggi Sejak 2020
Lonjakan CPI selama September menjadi yang tertinggi sejak dua tahun lalu tepatnya pada April 2020
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Biro Statistik Nasional (BSN) China melaporkan bahwa indeks consumer price index (CPI) atau harga konsumen di negaranya selama September naik 2,8 persen, Jumat (14/9/2022).
Lonjakan CPI selama September menjadi yang tertinggi sejak dua tahun lalu tepatnya pada April 2020, bahkan melonjak jauh apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya dimana saat itu CPI hanya dipatok 2,5 persen.
Menurut data yang dikutip dari Reuters, kenaikan indeks CPI sebagian besar didorong dengan adanya lonjakan harga daging babi yang naik sebanyak 36 persen.
Baca juga: Wall Street Amblas, Terbesar Dalam Dua Tahun Setelah Data CPI AS di Rilis
Diikuti harga sayuran yang melonjak 12,1 persen dari kenaikan 6 persen di bulan sebelumnya.
Karena daging babi dianggap sebagai makanan pokok di China, sehingga adanya kenaikan ini lantas mempengaruhi laju harga produsen (PPI) dengan meningkat jadi 0,9 persen
“CPI inti yang lemah dan perlambatan mengecewakan dalam indeks harga produsen China mencerminkan permintaan konsumen China yang lemah dan penurunan permintaan luar negeri,” kata Bruce Pang, kepala ekonom dan kepala penelitian di perusahaan real estat terbesar di China, Jones Lang LaSalle.
Selain kenaikan harga daging babi, kenaikan pada indeks harga produsen terjadi karena terpengaruh penerapan penguncian atau semacam tindakan kontrol berbasis distrik yang ketat untuk menghambat penyebaran COVID -19.
Alasan ini yang kemudian mempengaruhi perlambatan CPI di China, kondisi tersebut diperkirakan akan terus terjadi hingga berpotensi mengantarkan China memasuki wilayah resesi dalam beberapa bulan mendatang.
Baca juga: AS Izinkan Samsung Ekspor Chip ke China Selama Setahun
Sebelum BSN merilis penurunan pada indek CPI, Dana Moneter Internasional pada hari Selasa (11/10/2022) diketahui telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2022 dan 2023 pada China dengan masing-masing pemangkasan sebesar 3,2 persen dan 4,4 persen.
Khawatir lonjakan CPI makin memukul roda perekonomian China, para ekonom memperkirakan bahwa pembuat kebijakan di Beijing akan meluncurkan lebih banyak pelonggaran moneter dan fiskal untuk mendukung pemulihan ekonomi, langkah ini diambil guna membantu bank sentral di negara lain memerangi inflasi domestik.