Mahasiswa Didorong Berwirausaha, Teten Masduki: Tak Perlu Cari Kerja Tapi Buka Lapangan Kerja
Negara disebut sebagai negara maju bila memiliki rasio kewirausahaan minimal empat persen, tetapi Indonesia baru mencapai 3,47 persen.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mendorong mahasiswa untuk menjadi pengusaha, mengingat saat ini rasio kewirausahaan di Indonesia masih sangat rendah.
"Sebuah negara disebut sebagai negara maju bila memiliki rasio kewirausahaan minimal empat persen. Indonesia baru mencapai 3,47 persen," ujar Teten saat acara Young Entrepreneur Wanted di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said, Surakarta, Jawa Tengah, yang ditulis Minggu (16/10/2022)
Teten menyebut, negara seperti Singapura dan Amerika Serikat saat ini tingkat rasio kewirausahaannya berkisar 10-12 persen.
Baca juga: Milenial dan Gen Z Gemar Berwirausaha, Bisnis Makanan-Minuman Paling Diminati
"Kita sedang menuju ke sana dengan program menciptakan satu juta wirausaha mapan baru," katanya.
Teten pun meminta UIN Surakarta membentuk inkubator bisnis bagi kalangan mahasiswa.
Tugasnya, melakukan pendampingan dan mentoring untuk rencana bisnis yang akan dilakukan para mahasiswa.
"Saya juga mendorong untuk masuk ke ekosistem digital. Tak hanya pasarnya, tapi juga operasional usahanya termasuk laporan keuangan secara digital," ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Teten juga berdialog bersama para mahasiwa, membahas segala hal terkait dunia wirausaha di kalangan pelajar perguruan tinggi.
Teten bertanya kepada mahasiswa, siapa di antara mereka yang ingin menjadi pengusaha.
Hampir semua mahasiswa yang hadir mengangkat tangannya ke atas.
Menurut Teten, itu merupakan pilihan tepat. Ia menyebut ada survei yang menemukan 73 persen anak muda saat ini ingin menjadi seorang pengusaha.
"Dengan menjadi pengusaha, para mahasiswa kelak tidak lagi mencari pekerjaan, melainkan sudah mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain," katanya.
Beberapa mahasiswa yang sudah memiliki usaha bercerita mengenai omzetnya di hadapan Teten dan Staf Khusus Presiden RI Putri Tanjung.
Ada mahasiswa bernama Fela yang memiliki usaha konveksi beromzet Rp10 juta perbulan.
"Pada 2018, saya melakukan riset kebutuhan mahasiswa terlebih dahulu sebelum berbisnis konveksi. Hasilnya, mereka butuh pakaian seperti jaket, kaos, dan sebagainya. Kebetulan belum ada yang bisnis itu, maka saya buka usaha konveksi dengan pangsa pasar teman-teman sendiri," kata Fela.
Baca juga: Jumlah Pengusaha di Indonesia Masih Rendah, Kemendikbudristek Ajak Insan Vokasi Berwirausaha
Usaha konveksi Fela sudah merambah ke instansi-instansi pemerintahan di Sukoharjo, Klaten, dan Solo.
Selanjutnya, Ia ingin teman-temannya menjadi reseller produk usahanya.
Tak hanya Fela, ada ada mahasiswa lain yang berbisnis busana Muslim seperti jilbab, dress, dan lain-lain. Omzetnya sudah mencapai Rp 50 juta sebulan.
Lalu ada Husen, mahasiswa sekligus agen belut. Ia berusaha memenuhi kebutuhan industri olahan berbahan baku belut. Misalnya, bahan untuk sambal belut khas Klaten.
"Omzet saya berkisar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan," katanya.
Mahasiswa lainnya ada yang berbisnis kue pancong di lokasi strategis depan Kampus UIN. Omzetnya sebesar Rp 45 juta sebulan.
"Promosi dari mulut ke mulut ditambah aktif berorganisasi," kata dia.