Cukai Naik Terus, Keuntungan Sampoerna Merosot Sejak 2020
Sampoerna membukukan laba bersih Rp 4,9 triliun di kuartal III 2022 atau turun 11,7 persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) menyatakan, profitabilitas perusahaan menurun sejak 2020 akibat kenaikan tarif cukai rokok.
Presiden Direktur Sampoerna Vassilis Gkatzelis mengatakan, selain itu, ditambah lagi dengan adanya penurunan daya beli konsumen.
"Berdasarkan periode 9 bulan yang berakhir di bulan September 2022, parameter utama dari profitabilitas kami masih mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Secara signifikan masih lebih rendah dibandingkan pada periode pra pandemi," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (1/11/2022).
Dia mengatakan profitabilitas perseroan di kuartal III 2022 membaik dari kuartal sebelumnya atau dari semester I tahun ini.
Sampoerna membukukan laba bersih Rp 4,9 triliun di kuartal III 2022 atau turun 11,7 persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya.
Penurunan laba bersih disebabkan karena perusahaan tidak dapat meneruskan sepenuhnya beban cukai yang meningkat kepada konsumen.
Vassilis menjelaskan, pajak cukai memegang peranan penting pada industri tembakau, apalagi dengan tingginya kenaikan tarif di atas inflasi pada beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Faisal Basri: Sistem Tak Efektif, Perusahaan Bisa Siasati Kenaikan Cukai Rokok
"Kemudian, melebarnya kesenjangan pajak cukai antara Golongan I dan di bawah Golongan I telah menimbulkan tantangan. Sebagai contoh, jarak pajak cukai pada kategori SKM (sigaret kretek mesin) melebar dari Rp 195 per batang pada 2017 menjadi Rp 385 per batang di 2022," katanya.
Baca juga: YKI Dukung Kenaikan Cukai Rokok: Turunkan Risiko Rakyat Terkena Kanker
Menurutnya, hal ini secara tidak proporsional berdampak terhadap produsen volume Golongan I dan memicu adanya penurunan penjualan.
"Kami berharap kebijakan fiskal mendukung jarak cukai yang berkelanjutan serta memenuhi pemulihan ekonomi, kesehatan masyarakat, ketenagakerjaan, dan target penerimaan negara," pungkas Vassilis.