Badan Pangan Nasional: Sektor Pangan Sumbang Deflasi Terbesar di Oktober 2022
Data BPS menunjukkan, terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara (MoM) di bulan Oktober.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) menyatakan, sektor pangan menyumbang deflasi terbesar sebesar 0,25, berdasarkan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) persen di bulan Oktober 2022.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara (MoM) di bulan Oktober.
Penurunan itu dari 112,87 di bulan September 2022 menjadi 112,75 di bulan Oktober 2022 atau terjadi deflasi 0,11 persen secara bulanan (MoM), dengan kontribusi terbesar dari sektor pangan 0,25 persen.
Arief mengatakan, deflasi yang terjadi di Oktober ini merupakan kabar baik, terlebih kondisi tersebut dipicu oleh turunnya inflasi pangan sebesar 0,25 persen (MoM).
"Kami merespon dengan baik perkembangan tersebut, tentunya ini menunjukan keberhasilan kerja keras yang telah dilakukan seluruh stakeholder pangan dari pusat hingga daerah dalam menjaga stabilitas stok dan harga pangan, namun kita jangan sampai lengah," ujar Arief dalam keterangannya, Kamis (3/11/2022).
Dikatakan Arief, faktor penyebab turunnya inflasi pangan, lantaran gencarnya pelaksanaan operasi pasar atau bazar pangan murah di berbagai daerah.
Baca juga: Ekonom: Tidak Akan Terjadi Deflasi di Kuartal III 2022 Jika Harga BBM Naik
Lanjut dia, sampai dengan awal November 2022 ini, NFA bekerja sama dengan dinas urusan pangan daerah, Bank Indonesia, pelaku usaha, dan stakeholder lainnya telah melaksanakan 125 kali bazar pangan murah di 25 provinsi dan 56 kabupaten/kota.
Realisasi total penyaluran pada kegiatan tersebut sebanyak 202 ribu kilogram, terdiri dari komoditas beras, cabai, minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam, gula, bawang putih dan merah, daging sapi, serta sayuran lainnya.
Selain pelaksanaan bazar pangan murah, Arief mengaku, melakukan monitoring yang ketat terhadap perkembangan stok dan harga pangan harian, baik di tingkat produsen maupun konsumen.
Baca juga: Pengamat Sebut Deflasi Juni 0,16 Persen akibat PPKM, Bukan Lemahnya Daya Beli
"Lengawasan dilakukan melalui dashboard terintegrasi yang menghimpun data dari para enumerator di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi. Langkah ini sebagai early warning system, sehingga kami dapat segera melakukan intervensi terhadap daerah-daerah defisit dan rawan pangan," tuturnya.
Disisi lain, Arief mengaku langkah pengendalian inflasi pangan kedepannya akan semakin baik. Hal tersebut seiring telah ditekennya bleid Peraturan Presiden (Perpres) No. 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah dan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No. 5 Tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras.
Kata dia, melalui Perpres Cadangan Pangan Pemerintah, Indonesia akan memiliki stok cadangan pangan 11 komoditas strategis, sehingga upaya stabilisasi stok dan harga pangan relatif lebih terjaga.
Sedangkan, Perbadan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan menjadi instrument untuk mewujudkan kesetimbangan harga antara produsen dan konsumen.
"Hal ini sejalan dengan semangat NFA, bukan hanya mengendalikan harga di hilir atau konsumen, tapi memastikan petani peternak sejahtera," jelasnya.
Caption : Kepala National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi di Jakarta, Kamis (3/11/2022). Ist