Ekonom: Presidensi Indonesia di G20 Bisa Angkat Isu Ekonomi Negara Berkembang
Presidensi Indonesia di G20 tahun ini dinilai menjadi memontum tepat untuk membawa isu-isu ekonomi di negara berkembang.
Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presidensi Indonesia di G20 tahun ini dinilai menjadi memontum tepat untuk membawa isu-isu ekonomi di negara berkembang.
Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky, mengungkapkan, kondisi global saat ini dengan Presidensi G20 yang dipegang Indonesia dihadapkan oleh beberapa masalah yang cukup pelik.
"Kalau kita lihat memang di awal permulaan Presidensi G20 di Indonesia, Indonesia kemudian menetapkan tiga fokus utama, yaitu isu kesehatan, isu digitalisasi dan isu transisi iklim. Ini memang menjadi isu utama dalam kondisi perekonomian global pada saat itu atau kurang lebih 1 tahun lalu. Tapi selama proses Presidensi G20 di Indonesia, kemudian kita dihadapkan oleh masalah-masalah baru yang muncul," tutur Teuku Riefky di acara diskusi online G20 Impact For Indonesia, Sabtu (12/11/2022).
Masalah baru yang muncul tersebut adalah geopolitik global, seperti perang antara Rusia dan Ukraina, krisis energi yang dibarengi krisis pangan.
Hal ini akan membuat pencapaian kesepakatan menjadi semakin sulit, karena kemudian muncul juga isu multi polarisme dan juga isu adanya perbedaan recovery antar negara, utamanya negara maju dan negara berkembang.
"Presidensi G20 ini secara umum memang merupakan forum yang mencakup 20 perekonomian terbesar dan ini juga menjadi isu yang sering kali muncul di presidensi-presidensi sebelumnya, bahwa kemudian kesepakatan yang dicapai ini kadang tidak terlalu inklusif, artinya menguntungkan sebagian besar negara maju," jelasnya.
Baca juga: Kemlu: Rusia Tetap Berpartisipasi Meski Putin Tidak Hadir di KTT G20
Jika dilihat dari hasil kesepakatan Presidensi G20 sebelumnya, contoh dalam isu transisi iklim, Riefky melihat masih belum ada capaian konkrit untuk isu transisi finance dari pengalihan sumber daya dan resources untuk mendukung negara berkembang melakukan transisi iklim.
"Kita harapkan dalam Presidensi G20 di Indonesia ini kita bisa mencapai kesepakatan yang lebih konkrit dan juga lebih inklusif, karena memang presidensi G20 di Indonesia juga memiliki momentum yang tepat," ungkapnya.
Baca juga: 14 KRI Hingga 5 Helikopter TNI AL Siap Amankan Sektor Strategis KTT G20
Momentum tersebut ialah Indonesia merupakan negara berkembang yang juga memiliki isu yang relatif berbeda, tapi mewakili berbagai isu yang dialami oleh negara berkembang.
"Kedepannya juga akan diikuti oleh Presidensi berbagai negara berkembang berikutnya, kita akan memiliki Presidensi G20 di India, kemudian Brazil dan Afrika. Jadi saya rasa ini merupakan momentum yang tepat untuk kemudian kesepakatan dan nanti didorong ke arah kesepakatan yang konkrit dan lebih inklusif, terutama juga inklusif terhadap negara-negara berkembang," ucap Riefky.
Baca juga: Presiden Xi Jinping Dipastikan Bertemu Joe Biden di KTT G20 Bali Pekan Depan
Menurutnya, hal ini merupakan kesempatan yang cukup besar namun juga tantangan yang cukup besar dan diharapkan berbagai isu global bisa didapatkan kesepakatan bersama.
"Diharapkan dari berbagai isu yang kita hadapi di level global ini bisa tercapai kesepakatan yang memang juga tidak hanya menguntungkan dari beberapa kelompok negara saja," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.