Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonomi Inggris Mengkerut 0,2 Persen di Kuartal III 2022, Kekhawatiran Resesi Meningkat

Perekonomian Inggris menyusut pada kuartal ketiga tahun 2022 dan telah meningkatkan kekhawatiran bakal munculnya resesi panjang

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Ekonomi Inggris Mengkerut 0,2 Persen di Kuartal III 2022, Kekhawatiran Resesi Meningkat
Time Out
Bank of England pekan lalu menerbitkan prediksi perekonomian Inggris akan memasuki resesi yang berlangsung dua tahun jika suku bunga naik sebanyak yang ditentukan investor. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Perekonomian Inggris menyusut pada kuartal ketiga tahun 2022 dan telah meningkatkan kekhawatiran terjadinya resesi panjang yang akan dihadapi negara itu.

Dikutip dari Reuters, output ekonomi menyusut 0,2 persen pada kuartal ketiga, sementara analis memperkirakan kontraksi sebesar 0,5 persen dalam jajak pendapat Reuters, menurut data resmi yang diterbitkan pemerintah Inggris hari ini, Jumat (11/111/2022).

Namun angka tersebut adalah penurunan pertama dalam produk domestik bruto (PDB) sejak awal 2021, ketika Inggris masih berada di bawah pembatasan ketat Covid-19, karena konsumen rumah tangga dan bisnis berjuang dengan krisis biaya hidup yang parah.

Ekonomi Inggris sekarang jauh di bawah ukuran pra-pandemi, dan negara itu menjadi satu-satunya anggota Group of Seven (G7) yang masih belum pulih sepenuhnya dari kemerosotan Covid-19.

Lembaga pemikir Resolution Foundation mengatakan meskipun penurunan ekonomi Inggris lebih kecil dari yang dikhawatirkan investor, namun hal itu membuat Inggris berada di jalur untuk kembali ke resesi tercepat sejak pertengahan 1970-an.

Direktur Riset Resolution Foundation, James Smith mengatakan angka-angka itu memberikan latar belakang yang serius untuk mengumumkan anggaran Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt pada 17 November, ketika dia mencoba meyakinkan investor bahwa Inggris dapat memperbaiki keuangan publiknya, setelah masa jabatan singkat Liz Truss sebagai perdana menteri.

Baca juga: Ekonomi Berkontraksi 0,2 Persen, Inggris Berada Diambang Resesi

"Kanselir perlu mencapai keseimbangan antara menempatkan keuangan publik pada pijakan yang berkelanjutan, tanpa membuat krisis biaya hidup lebih buruk, atau memukul layanan publik yang sudah membentang," kata James Smith.

Berita Rekomendasi

Menanggapi data PDB Inggris, Hunt mengulangi peringatannya bahwa keputusan sulit mengenai  pajak dan pengeluaran negara akan diperlukan.

"Saya tidak berada di bawah ilusi bahwa ada jalan yang sulit di depan - yang akan membutuhkan keputusan yang sangat sulit untuk memulihkan kepercayaan dan stabilitas ekonomi," kata Hunt dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Resesi di Depan Mata, Uni Eropa Diminta Bersiap Hadapi Petaka Musim Dingin

"Tetapi untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang dan berkelanjutan, kita perlu menahan inflasi, menyeimbangkan pembukuan, dan mengurangi utang. Tidak ada jalan lain," tambahnya.

Risiko Resesi di Inggris

Bank of England pekan lalu menerbitkan prediksi perekonomian Inggris akan memasuki resesi yang berlangsung dua tahun jika suku bunga naik sebanyak yang ditentukan investor.

Bahkan tanpa kenaikan suku bunga lebih lanjut, ekonomi akan menyusut dalam lima dari enam kuartal hingga akhir 2023, kata Bank of England.

"Ketakutan akan resesi berubah menjadi kenyataan. Penurunan output ini adalah awal dari periode hukuman karena inflasi yang lebih tinggi, tagihan energi, dan suku bunga menghambat pendapatan, mendorong kita ke dalam resesi teknis mulai akhir tahun ini," kata Direktur Ekonomi di Institute of Chartered Accountants di Inggris, Suren Thiru.

Baca juga: Inggris Diramal Resesi Hingga 2024, Bank of England Minta Warga Waspada

Pada September, ketika pemakanan Ratu Elizabeth II yang ditandai dengan libur umum satu hari sehingga menutup banyak bisnis, ekonomi Inggris menyusut 0,6 persen, kata Kantor Statistik Nasional Inggris (OSN). 

Ini adalah penurunan bulanan yang lebih besar daripada perkiraan median untuk kontraksi 0,4 persen dalam jajak pendapat Reuters dan terbesar sejak Januari 2021, ketika ada lockdown pandemi Covid-19.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas