Kepala BKPM Klaim Sebagian Pabrik yang PHK Buruh Lakukan Relokasi ke Daerah Lain
Menteri Bahlil bilang, sebagian industri yang melakukan PHK tersebut kembali membangun ulang pabrik baru di luar daerah alias relokasi pabrik.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengatakan, tidak semua sektor industri yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal terhadap burunya tutup.
Mengutip data, Bahlil mengatakan, sebagian industri yang melakukan PHK tersebut kembali membangun ulang pabrik baru di luar daerah alias relokasi pabrik.
Dia tak menampik saat ini telah terjadi penurunan angka tenaga kerja dalam negeri.
"Itu pernah saya baca, saya cek, ini cuman relokasi saja ya bagi saya selama masih republik Indonesia oke-oke aja, tapi terjadi penurunan iya. Tapi masih dalam toleransi," kata Bahlil, di Nusa Dua, Bali Selasa (15/11/2022).
Dia mencontohkan, ada izin usaha baru di Jawa Tengah yang terbit pada saat pabrik di Jawa Barat tutup.
Karenanya, dia mengaku tak khawatir terhadap fenomena PHK oleh sejumlah sektor industri. Dia mengatakan, penutupan industri di suatu daerah, tetap membuka peluang kerja di daerah lain.
"Kalo capex-nya [belanja modal] dia itu sudah tinggi di satu wilayah, dia akan tutup dan mencari wilayah lain yang capex nya lebih rendah. Yang kita khawatir itu kalau mereka tutup di Jawa Barat, pindah ke negara lain," tuturnya.
Meski begitu, Bahlil mengaku dia perlu mencocokan data yang dia dapat dengan data di Kementerian Perindustrian dan Kementerian Ketenagakerjaan terkait hal tersebut.
Dikutip dari Kompas.com, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, gejolak perekonomian global telah menyebabkan pelemahan pada sisi permintaan, yang kemudin berimbas pada penurunan kinerja ekspor Indonesia.
Baca juga: Profil GoTo, Raksasa Teknologi Indonesia yang Dikabarkan Akan PHK 1.000 Karyawan
Penurunan tersebut pada akhirnya menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sejumlah industri, terutama pada industri tekstil.
"Pelemahan permintaan global ini tentu akan menahan laju ekspor Indonesia ke depan, dan kondisi ini juga mulai berdampak pada beberapa industri, khususnya terkait dengan sektor tekstil dan produk tekstil," ungkap Airlangga dalam konferensi pers, Senin (7/11/2022).
Pelemahan permintaan tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat kinerja ekspor September 2022 sebesar 24,80 miliar dollar AS atau turun 10,99 persen dibanding ekspor Agustus 2022.
Pelemahan ekspor juga tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berada di level 51,8 pada Oktober 2022. Meski level itu menandakan sektor manufaktur tetap dalam tahap ekspansif, namun menurun dibandingkan September yang sebesar 53,7.
Baca juga: AQUA PHK 101 Karyawan di Solok, Kemnaker Turut Tangan Menengahi
Airlangga mengatakan, kondisi ketenagakerjaan dalam negeri saat ini belum kembali pada sebelum pandemi Covid-19. Meskipun berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran pada Agustus 2022 menurun jadi 5,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 6,49 persen.
Berdasarkan penurunan tingkat pengangguran itu, kata Airlangga, menunjukkan kondisi keadaan ketenagakerjaan tetap membaik, seiring dengan membaiknya perekonomian.
"Penguatan ekonomi juga dari peningkatan rata-rata upah, yang pada Agustus 2022 mencapai Rp 3 juta, dibandingkan Agustus 2021 maka naik sebesar 12,22 persen," jelasnya.