Presidensi G20 di Bali Jadi Perbincangan Hangat, Guru Besar UI Ungkap Dampaknya Buat Indonesia
Hikmahanto Juwana mengatakan, sejauh ini ia melihat terdapat 4 poin positif yang diperoleh Indonesia.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puncak perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 Indonesia, kini tengah berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022.
Berbagai rangkaian acara Presidensi G20 Indonesia, mulai dari main events hingga side events telah berlangsung sejak 1 Desember 2021 lalu dengan total kegiatan hingga ratusan events dan diselenggarakan di 25 kota.
G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU).
Baca juga: Ketika Megawati dan SBY Duduk Satu Meja Jelang Acara Gala Dinner KTT G20 Bali
G20 merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen produk domestik bruto (PDB) dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Namun, masih banyak pertanyaan yang timbul yakni perihal dampak dari adanya Presidensi G20 terhadap Indonesia.
Pengamat sekaligus Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana mengatakan, sejauh ini ia melihat terdapat 4 poin positif yang diperoleh Indonesia.
"Kalau dampak langsung Presidensi G20 ke masyarakat tentu sangat dirasakan di Bali. Tapi dampak bagi Indonesia setidaknya ada 4 poin," ucap Hikmahanto kepada Tribunnews.com, Selasa (15/11/2022).
Baca juga: Mengenal Lotus Pond, Landmark Terbesar di GWK yang Dipilih Jokowi untuk Menjamu Delegasi KTT G20
"Pertama, Indonesia diakui kiprahnya di dunia internasional karena banyak negara yang hadir termasuk kepala negara dan kepala Pemerintahan negara besar," sambungnya.
Yang kedua, lanjut Hikmahanto, Indonesia dalam 2 hari ini menjadi pusat perhatian dunia.
Dengan demikian, dunia bisa melihat Indonesia bukanlah negara berkembang yang terkebelakang.
Ketiga, dengan adanya rangkaian Presidensi G20 ini, maka Indonesia berpotensi besar menarik sejumlah investasi 'jumbo' melalui kerjasama bilateral dengan berbagai negara.
Dan terakhir atau yang keempat, dengan banyaknya delegasi internasional yang datang ke Indonesia, maka hal tersebut turut mendongkrak kinerja sektor pariwisata di Tanah Air.
"Ketiga, banyak negara yang hadir yang ingin memperkuat kerjasama bilateral dengan Indonesia, yang berarti akan banyak investasi yang akan datang ke Indonesia," papar Hikmahanto.
Baca juga: Menilik Menu Jamuan Makan Malam KTT G20 Bali, Mulai dari Wagyu, Singkong, Hingga Beras Ketan