Perdagangan Saham Hingga Yuan Kompak Anjlok di Tengah Sentimen Protes Covid-19 China
Diikuti amblasnya saham sektor dari bahan pokok konsumen, keuangan hingga logam non-ferrous yang masing-masing turun sebanyak 3 persen.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Kecemasan investor akan aksi demo akibat sentimen panas kebijakan lockdown di China, mendorong kemerosotan nilai pada sejumlah pasar saham asal negeri tirai bambu, selama perdagangan Senin (28/11/2022).
Menurut pantauan Reuters selama perdagangan Senin, Indeks CSI 300 blue-chip China merosot sebanyak 2,7 persen penurunan ini jadi yang terburuk dalam sebulan. Kemerosotan juga menyeret Indeks Hang Seng Hong Kong yang jatuh sebanyak 4,2 persen.
Diikuti amblasnya saham sektor dari bahan pokok konsumen, keuangan hingga logam non-ferrous yang masing-masing turun sebanyak 3 persen.
Baca juga: Mata Uang Yuan Anjlok Hingga Jatuh ke Titik Terlemah Sejak 2008
Tak hanya itu raksasa teknologi dan pengembang real estat yang terdaftar di Hong Kong beserta Indeks Teknologi Hang Seng juga tercatat mengalami penurunan sekitar 2 persen sementara Indeks Properti Daratan Hang Seng merosot lebih dari 4 persen.
Penurunan serupa terjadi pada saham pembuat peralatan pengawasan China Dahua Technology Co, perusahaan pengawasan video Hangzhou Hikvision Digital Technology Co Ltd serta perusahaan telekomunikasi Hytera Communications Corp Ltd, usia terjadinya aksi bentrok yang dilakukan jutaan masyarakat China dengan aparat keamanan di tengah perselisihan larangan penjualan oleh Administrasi AS.
Menyusul yang lainnya nilai mata uang Yuan pada pagi ini terpangkas satu persen, menjadi 7,2399 per dolar. Memperpanjang kerugian untuk hari kedua berturut-turut setelah tergelincir 138 basis poin pada akhir pekan lalu. Bahkan penurunan ini jadi yang terbesar sejak Mei 2022.
Merosotnya nilai saham dan Yuan terjadi sebagai buntut dari aksi protes yang dilakukan para warga di kota-kota besar termasuk Beijing dan Shanghai atas kegagalan kebijakan pengendalian Covid-19 di negara tersebut.
Mereka menyalahkan penguncian Covid-19 yang menghambat aktivitas masyarakat hingga memicu korban jiwa lantaran pasien covid yang terisolasi di apartemen Urumqi Xinjiang tak dapat melarikan diri dari kobaran api kebakaran karena terjebak di area apartemen.
Kejadian tersebut lantas membuat jutaan orang yang lelah dengan pembatasan lockdown, karantina dan kampanye pengujian massal menggelar demo besar – besaran di sejumlah wilayah termasuk di Shanghai.
Baca juga: Nilai Yuan Catatkan Penurunan, Jadi yang Terlemah Dalam 14 Tahun Terakhir
Tekanan inilah yang kemudian membayangi kekhawatiran investor, hingga mereka meninggalkan pasar saham China pada awal perdagangan Senin pagi, demi menghindari kerugian lebih lanjut.
"Keresahan sosial di China telah memicu kekhawatiran atas ketidakstabilan sosial di negara itu dan jalan menuju pembukaan kembali bisa menjadi jalan yang bergelombang," kata Ken Cheung, kepala strategi FX Asia di Mizuho Bank di Hong Kong.