Reaksi Vladimir Putin Setelah Eropa Batasi Harga Minyak Rusia Maksimal 60 Dolar AS Per Barel
Rusia mengancam menghentikan pasokan minyak ke Uni Eropa setelah Barat menjatuhkan sanksi pembatasan harga minyak mentah yang diimpor dari Rusia
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Rusia mengancam menghentikan pasokan minyak ke negara-negara Uni Eropa setelah Barat menjatuhkan sanksi pembatasan harga minyak mentah yang diimpor dari Rusia maksimal 60 dolar AS per barel.
"Mulai tahun ini Eropa akan hidup tanpa minyak Rusia," kata Presiden Vladimir Putin.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjelaskan bahwa ancaman tersebut diberikan langsung oleh Presiden Putin, sebagai bentuk kekecewaan Moskow atas kebijakan negara - negara Barat termasuk kelompok G7 serta anggota zona Eropa yang Jumat (2/12/2022) lalu sepakat untuk mengadopsi batas harga.
Pembatasan ini digagas dengan tujuan untuk mengurangi pendapatan Rusia dari penjualan minyak, sekaligus mencegah lonjakan harga minyak global setelah embargo UE terhadap minyak mentah Rusia mulai berlaku pada 5 Desember 2022.
Di bawah sanksi pembatasan nantinya perusahaan pengapalan hingga layanan asuransi di seluruh dunia khususnya di wilayah Uni Eropa dan inggris yang menangani kargo minyak mentah Rusia dilarang untuk beroperasi, apabila menolak batas harga yang diusulkan sebesar 60 dolar AS Rp 925 ribu per barel (satuan kurs Rp 15.428).
Dengan kebijakan ini Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pembatasan dapat menguntungkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang telah menanggung beban harga energi dan pangan yang tinggi.
Mengingat sebelumnya minyak Rusia yang dijual di pasar global telah dipatok 67 dolar AS per barel.
"Dengan ekonomi Rusia yang sudah berkontraksi dan anggarannya semakin menipis, batas harga akan segera memotong sumber pendapatan terpenting (Presiden Vladimir) Putin," kata Yellen dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: UE, G7, dan Australia akan Batasi Harga Minyak Rusia Rp925,6 Ribu per Barel
Kebijakan ini sebelumnya telah lama direncanakan Barat, namun karena terus mendapatkan pertentangan dari sejumlah negara Uni Eropa diantaranya seperti Polandia.
Peluncuran kebijakan tersebut diundur hingga akhirnya disahkan pada Jumat kemarin.
“Bersama-sama, G7, Uni Eropa, dan Australia sekarang telah bersama-sama menetapkan batas harga minyak Rusia yang berlayar di laut yang akan membantu ]membatasi sumber pendapatan utama Putin untuk perang ilegalnya di Ukraina sekaligus menjaga stabilitas pasokan energi global,” kata Menteri Keuangan Janet Yellen.
Baca juga: Kurangi Pendapatan Putin, G7 Sepakat Tetapkan Batas Harga Minyak Rusia Sebesar 60 Dolar AS per Barel
Munculnya kebijakan ini lantas memicu amarah Putin, Kremlin menganggap batas harga dalam kontrak untuk minyak mentah Rusia telah melanggar kebijakan internasional.
Hingga Rusia berulang kali mengatakan tidak akan memasok minyak ke negara-negara yang menerapkan batasan itu.
Sikap Rusia tersebut ditegaskan kembali oleh Mikhail Ulyanov, duta besar untuk organisasi internasional di Wina, dalam unggahan di media sosial Ulyanov ia menjelaskan bahwa mulai tahun ini negaranya akan memutus kontrak di Eropa.
Baca juga: Balas Sanksi Pembatasan Minyak, Rusia Larang Penjualan Produk Energi ke Negara G7
Ulyanov menambah sanksi balasan tersebut diperkirakan akan memukul Eropa dan memicu terjadinya krisi pangan serta energi di sepanjang musim dingin.
Sebagai gantinya, Rusia akan mengalokasikan semua pasokan minyaknya ke kawasan Asia. Mengingat sejumlah negara di Asia kini mulai jadi pelanggan setia minyak Rusia.