40 Ribu Buruh Pabrik Garmen di Vietnam Kena PHK, Ini Pemicunya
Lebih dari 40 ribu buruh perusahaan garmen di Vietnam dilaporkan terdampak pemangkasan jam kerja. 40 ribu lainnya di PHK
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MANILA – Lebih dari 40 ribu buruh perusahaan garmen di Vietnam dilaporkan terdampak pemangkasan jam kerja, sementara 40 ribu lainnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Menurut Konfederasi Umum Perburuhan Vietnam, pemecatan ribuan buruh ini terjadi karena imbas dari adanya lonjakan inflasi atas kenaikan harga minyak dan pangan di pasar global. Melesatnya tagihan energi lantas mendorong sejumlah negara termasuk Amerika dan Eropa mengurangi aktivitas impornya demi menghemat pengeluaran negara.
Baca juga: JD.ID Bantah Cuitan PHK 85 Persen Karyawan: yang Benar 30 Persen
Sayangnya tindakan ini memicu dampak negatif bagi negara eksportir seperti Vietnam. Bangkok Post mencatat imbas dari lonjakan inflasi kini para investor di Amerika Serikat setidaknya telah mengurangi kegiatan impor dari Vietnam sebanyak 40 persen. Sedangkan kawasan zona Eropa memangkas konsumsi sebanyak 60 persen.
Tekanan ini yang kemudian memicu aksi PHK massal pada 1.200 pabrik di Vietnam termasuk, produsen sepatu Nike milik perusahaan raksasa asal Taiwan Pouyuen. Dimana dalam empat bulan terakhir mereka telah memecat 20 ribu pekerjanya secara bergiliran
Sementara laporan lain mengatakan, investor asing terbesar Vietnam yakni Samsung Electronics telah mulai mengurangi produksi ponsel pintarnya di pabrik-pabrik di kawasan Vietnam Utara.
“Perlambatan Pada awal kuartal ketiga, karena inflasi global telah mengejutkan bisnis ekspor di Vietnam. Ini karena kapasitas produksi penuh, namun permintaan konsumsi menyusut, hal tersebut yang menyebabkan penangguhan pesanan dan surplus stok yang besar,” ujar Tran Viet Anh, wakil kepala Asosiasi Bisnis Kota Ho Chi Minh.
Baca juga: Citigroup Umumkan PHK 50 Bankir di Kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika
Tak hanya sektor garmen saja yang terdampak aksi pemecatan, Data Konfederasi Umum Perburuhan Vietnam mencatat sejak September tahun ini, ribuan perusahaan di Vietnam yang bergerak di sektor pembuatan alas kaki, furniture, hingga produksi alat elektronik turut melakukan pemecat karyawan dan pemangkasan jam kerja karyawan karena terkendala masalah pemasukan.
Pemangkasan karyawan ini diprediksi kian bertambah mengingat kondisi ekonomi dunia semakin menunjukkan perlambatan, situasi tersebut bahkan digambarkan lebih suram daripada masa pandemi Covid-19.
Phan Thi Nhieu, satu dari sekian pekerja di pabrik perakit sepatu merek dunia seperti Timberland dan K-Swiss melaporkan telah mengalami aksi pemecatan, setelah Barat dan AS memangkas permintaan produksi.
Nhieu, wanita berusia 31 tahun itu secara mendadak diberitahu perusahaan bahwa pihaknya masuk dalam bagian karyawan yang terkena PHK di tahun ini . Ho Chi Minh bersama dua putra dan suaminya kini terpaksa hidup pas - pasan dengan mengandalkan uang pesangon untuk bertahan hidup.
Minh bahkan harus berjuang agar keluarganya bisa mendapatkan makanan yang cukup, lantaran ia tidak bisa lagi menghasilkan pendapatan bulanan 220 dolar AS atau setara Rp 3.4 juta (satuan kurs Rp 15.582) pasca dipecat dari pabrik sepatu Pouyuen.
Kondisi serupa juga dialami oleh Nguyen Thi Thom, wanita 35 tahun ini mengaku kesulitan mendapatkan pekerjaan pengganti usai di PHK perusahaan garmen asal Korea Selatan yang membuat pakaian dengan merek Walmart.
Untuk menambah pemasukan usai dipecat, Thom yang memiliki tiga anak kecil terpaksa menghabiskan hari-harinya untuk berjualan mie kering, saus udang, dan jeruk di pinggiran jalan distrik kota Ho Chi Minh City.
Pemerintah Vietnam hingga kini masih belum memberikan solusi jitu untuk mencegah terjadinya pemecatan serupa, namun wakil kepala Asosiasi Bisnis Kota Ho Chi Minh, Tran Viet Anh memastikan bahwa penurunan impor yang menghantam negaranya hanya akan bersifat sementara.
Optimisme ini diserukan lantaran laju inflasi di Amerika perlahan mulai susut, apabila kondisi ini terus terjadi maka di 2023 Vietnam dapat kembali meningkatkan produksi.