Banggar DPR: Inflasi RI Lebih Rendah di Tahun 2022 Ketimbang Negara Lain
Banggar DPR menyebut inflasi Indonesia terkelola dengan baik melalui tata Kelola APBN 2022 yang sehat dan implementasi kebijakan tepat sasaran.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Dewi Agustina
"Realisasi penerimaan perpajakan secara year to date mencapai Rp 1.634,36 triliun atau tembus 110 persen atau tumbuh 41,93 persen dibanding tahun lalu. Berkah tingginya harga komoditas beberapa bulan lalu juga memberikan sumbangsih besar terhadap penerimaan PNBP kita. Secara year to date PNBP mencapai Rp 551,1 triliun atau 114,4 persen dari target," jelas Said.
Said menambahkan berkat pendapatan negara yang sangat baik, bisa “mengerem” ketergantungan Indonesia terhadap pembiayaan utang.
"Realisasi pembiayaan utang secara year to date mencapai Rp 540,3 triliun atau 57,25 persen dari target. Realisasi belanja negara juga terkelola dengan baik, secara year to date mencapai Rp 2.717, 6 triliun, atau 87,4 persen," ucap dia.
Hal itu, kata dia, menunjukkan tingkat defisit APBN 2022 terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) jauh lebih rendah dari yang direncanakan.
"Target APBN 2022 defisit kita rencanakan maksimal 4,5 persen PDB, namun realisasinya 1,22 persen PDB," ucap Said.
Said pun memberikan pertimbangan yang sekiranya perlu dipersiapkan pemerintah ke depan, antara lain:
Pertama, tantangan tahun depan sangat tidak menentu, sehingga risiko global dan domestik meningkat dibandingkan pada tahun ini.
"Sangat penting memaksimalkan realisasi APBN 2022 sebagai modal fiskal yang sehat menghadapi tidak menentunya ekonomi global ke depan, agar peran APBN tahun 2023 sebagai kekuatan shock absorber dapat bekerja secara maksimal," ungkap Said.
Sehingga, tidak mengganggu kelangsungan berbagai program strategis yang telah direncanakan pada tahun depan.
Kedua, harga-harga komoditas strategis penopang komoditas ekspor kecenderungannya turun.
"Situasi ini akan menjadi tantangan bagi pemerintah pada tahun depan untuk mengejar target penerimaan perpajakan dan PNPB, sehingga untuk mengejar target pendapatan negara diperlukan effort dan contigancy plan yang memadai," ucap Said.
Ketiga, sinyalir berlanjutnya kebijakan suku bunga tinggi oleh sejumlah bank sentral berbagai negara terus menciptakan biaya dana bertahan pada posisi tinggi.
Meskipun, jelas Said, yield SBN cukup moderat dibanding sejumlah negara, di level 6 persenan pada sepanjang tahun ini.
"Posisi ini menjadi modal yang sangat baik. Namun kita tidak boleh lengah, biaya dana bisa lebih tinggi di tengah situasi yang tidak menentu. Penting bagi pemerintah memitigasi dalam menyerap pembiayaan utang di tahun depan," tuturnya.