Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi, Bersiap Hadapi Kenaikan Bunga KPR dan Perbankan Bidik Pertumbuhan
Kenaikan suku bunga perbankan akan menyesuaikan kepada kondisi likuiditas dan risk appetite.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Hingga kuartal III-2022, BCA telah membukukan portofolio KPR Rp 105 triliun atau 15,35% dari total kreditnya. Itu menjadikan bank ini sebagai pemimpin pangsa pasar KPR terbesar kedua.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, BCA telah berhasil membukukan booking baru KPR Rp 27,9 triliun atau naik 21,8% secara year on year (YoY). Dari jumlah itu, sebesar Rp 10,5 triliun dicairkan sepanjang Juli-September. Lalu sebesar Rp 10,2 triliun didapat pada kuartal II -2022 dan Rp 7,2 triliun pada kuartal I-2022.
Namun, di saat yang sama bank ini juga mencatatkan run-off atau pembayaran cicilan maupun pelunasan KPR juga cukup besar. Dari Januari-September 2022, run-off mencapai Rp 20,3 triliun, sehingga KPR bank ini per September hanya tumbuh 10,4% secara YoY.
Untuk bunga KPR, Welly bilang BCA masih belum menaikkan suku bunga meskipun BI rate sudah naik sejak Agustus lalu.
"Dalam mempertahankan suku bunga ini, BCA mempertimbangkan faktor kebutuhan masyarakat terhadap suku bunga yang ringan, serta faktor internal BCA sendiri, dimana likuiditas dan rasio CASA BCA yang bagus," katanya.
Ia tak menyebutkan apakah tahun depan bunga KPR BCA akan mulai naik. Hanya saja menurutnya, faktor yang bisa mendorong kenaikan bunga hanya BI perkembangan kondisi eksternal seperti BI rate, sedangkan likuiditas dan CASA BCA tetap baik. Welly berharap ekonomi bisa terus membaik sehingga bunga KPR BCA bisa diberikan lebih murah.
Saat ini, BCA menawarkan bunga KPR mulai 3,85% fixed 3 tahun dengan minimum tenor 10 tahun, fixed berjenjang sampai tenor 20 tahun dengan bunga 4,25% untuk 3 tahun pertama, lalu 7,55% tahun ke 4 sampai tahun ke 6, tahun selanjutnya 9,55% sampai akhir tenor. Adapun bunga floating ada di kisaran 11%.
Baca juga: Genjot Penyaluran KPR Tahun Depan, Bank KB Bukopin Sinergi dengan Arebi
Bank CIMB Niaga optimis KPR akan terus tumbuh baik tahun depan. Segmen ini diprediksi jadi salah satu penopang pertumbuhan kredit perseroan.
“Tahun depan kredit diproyeksi tumbuh 8%-9%. Motor penggerakan. Motornya penggerakannya KPR, KKB dan UMKM," Lani Darmawan Presiden Direktur CIMB Niaga. Per September 2022, KPR CIMB Niaga mencapai Rp 41,57 triliun atau tumbuh 8,6% YoY.
Bank skala kecil juga menargetkan pertumbuhan KPR tahun depan. PT Bank JTrust Indonesia Tbk misalnya, akan fokus menyasar segmen ini dengan menargetkan penyaluran KPR Rp 25 miliar per bulan.
"Tahap awal kami targetkan sebulan sekitar Rp 25 miliar. Kalau kita bisa melakukan itu continue, akan kita tingkatkan terus menerus," kata Direktur Bank JTrust, Widjaja Hendra baru-baru ini.
Sedangkan tahun ini, KPR bank ini terbilang masih sedikit atau kurang dari Rp 10 miliar. Perseroan akan memperbanyak kolaborasi dengan pengembang, terutama pengembang Jepang.
Cicilan Debitur KPR Sudah Mulai Membengkak
Nasabah KPR harus mulai mengencangkan ikat pinggang. Cicilan bulanan yang harus dibayarkan sudah mulai membengkak seiring dengan kenaikan BI rate
Sejumlah nasabah KPR sudah mulai mengalami kenaikan. Havid, pegawai swasta di Jakarta mengaku cicilan KPR-nya di Bank BNI sudah naik dari 3,7 juta jadi 4 juta sejak Oktober 2022 lalu.
Heri, pegawai swasta di Jakarta pemilik KPR di Bank CIMB Niaga juga mengalami hal serupa. Ia baru saja mendapatkan email penyesuaian bunga KPR dari 8,27% jadi 9,35% efektif angsuran baru per 28 November 2022. Sehingga cicilannya naik 130.000 dari Rp 2.103.322 jadi Rp 2,235.111 per bulan.
Manajemen CIMB Niaga dalam suratnya bilang, pemberitahuan penyesuaian bunga ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian kredit dengan kondisi, syarat dan ketentuan lain dari perjanjian kredit tetap berlaku.
Heri heran kenapa bunga KPRnya sangat cepat naik saat bunga acuan naik. "Tapi ketika suku bunga acuan turun, bunga KPR saya sudah sempat turun," kata Heri.
Welly Yandoko mengatakan, BCA akan berhati-hati dalam menaikkan suku bunga KPR. Ia bilang penentuan suku bunga tidak hanya berdasarkan suku bunga acuan saja tetapi harus mempertimbangkan faktor eksternal dan internal perseroan.
"Kami berkomitmen menawarkan suku bunga yang dapat diterima oleh masyarakat luas agar bisa membantu masyarakat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memperoleh rumah," katanya.