IEA Prediksi Era Kejayaan Batu Bara Bakal Segera Berakhir
International Energy Agency (IEA) baru-baru ini merilis laporan Coal 2022 yang menyoroti tantangan global yang sangat kompleks
Editor: Hendra Gunawan
Itu sebabnya, Seb Kennedy, Kepala Wawasan Data di Transition Zero menilai energi terbarukan sangat relevan dalam memastikan aspek keamanan energi setiap negara.
“Meskipun terjadi sedikit inflasi pasca-Covid, kombinasi angin dan matahari dengan sistem penyimpanan energi masih menawarkan lindung nilai yang sangat baik terhadap volatilitas harga batubara dan gas, sekaligus menyelaraskan dengan target iklim dan energi internasional, serta meningkatkan keamanan dan keterjangkauan energi,” tuturnya.
Sementara itu Juru Kampanye Batubara di Europe Beyond Coal, Alexandru Mustață pun menyoroti aspek keamanan dan keterjangkauan energi ini.
Baca juga: Update Tambang Batu Bara Sawahlunto Meledak: 10 Orang Tewas, Ternyata Pernah Meledak Tahun 2016
Ia berpandangan, analisis IEA menggarisbawahi kebutuhan mendesak negara-negara untuk secara besar-besaran meningkatkan energi terbarukan dan efisiensi energi sehingga dapat memotong tagihan masyarakat, mengamankan pasokan energi, dan mempertahankan target iklim tetap utuh.
“Yang terpenting, tidak ada negara Eropa yang merevisi rencananya untuk menghentikan batubara sepenuhnya pada 2030, dan Eropa masih berada di jalur yang tepat untuk bebas batubara pada akhir dekade ini.
Sekaranglah waktunya bagi pemerintah untuk secara ambisius berinvestasi dalam solusi hijau sehingga kita tidak mengambil risiko jatuh kembali pada bahan bakar fosil yang membuat kita semakin sakit, miskin, dan kurang aman,” ujar Alexandru.
Baca juga: Update Tambang Batu Bara Sawahlunto Meledak: 10 Orang Tewas, Ternyata Pernah Meledak Tahun 2016
Tidak hanya batubara, energi fosil lainnya seperti gas juga menjadi sorotan. Pemimpin E3G, Pieter de Pous mengutarakan, ada dua pelajaran yang bisa diambil dari situasi pasar batubara pada tahun ini, yakni ketergantungan yang berlebihan pada gas sebagai jembatan transisi energi dan kurangnya investasi energi terbarukan pada masa lalu justru mempersulit negara pecandu
batubara untuk berhenti menggunakannya.
“Permintaan batubara yang kuat di negara-negara berkembang Asia yang dicatat dalam laporan tersebut memastikan bahwa batubara tetap menjadi sumber emisi karbon global terbesar. Kita harus segera mengatasi ini agar memiliki kesempatan menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat,” tambah Camilla Fenning, Pemimpin Program E3G. (Willy Widianto)