CEO Goldman Sachs Isyaratkan akan PHK 4.000 Staf pada Awal 2023
Pemecatan tersebut rencananya akan dilakukan bank investasi asal AS ini secara bertahap, mulai awal tahun 2023.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – CEO Goldman Sachs David Solomon memperingatkan karyawan untuk bersiap menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang akan mengincar 4.000 Staf berkinerja buruk.
“Kami sedang melakukan tinjauan hati-hati dan sementara diskusi masih berlangsung, pengurangan jumlah pegawai kami akan terjadi pada paruh pertama Januari," kata Solomon kepada staf, seperti yang dilansir dari Bloomberg.
Pemecatan tersebut rencananya akan dilakukan bank investasi asal AS ini secara bertahap, mulai awal tahun 2023.
Baca juga: Goldman Sachs: Batas Harga Gas Uni Eropa yang Lebih Rendah Berisiko Ganggu Pasar Bahan Bakar
Tak hanya melakukan pemecatan terhadap para staf berkinerja buruk, layanan perbankan Goldman juga turut memotong gaji serta bonus 3.000 para bankir di layanan investasi.
Tindakan tersebut dilakukan untuk menekan pembengkakan perusahaan, di tengah merosotnya pendapatan dan laba tahunan Goldman.
Imbas dari adanya pelemahan suku bunga, menurunnya jumlah investasi dan anjloknya perdagangan saham di pasar global.
Selain mengalami penurunan laba, saham Goldman juga ikut terkerek jatuh sebanyak 1,3 persen di sepanjang tahun ini. Alasan itu yang kemudian mendorong perbankan Goldman, untuk menambah pengurangan staf guna menghemat laju pendapatan.
Baca juga: Efek Makroekonomi, Goldman Sachs Kembali PHK Ratusan Staf dan Berhenti Berikan Pinjaman
"Kami terus melihat hambatan pada jalur pengeluaran kami, terutama dalam waktu dekat. Kami telah menjalankan rencana mitigasi biaya tertentu, tetapi itu akan membutuhkan waktu,” jelas Solomon.
Sebelum mengalami kemunduran, perbankan investasi Goldman menyumbang pemasukan sebanyak hampir 65 persen selama kuartal ketiga 2022, jumlah tersebut melonjak drastis bila dibanding pendapatan kuartal ketiga 2018 yang sebesar 50 persen.
Posisi ini bahkan membuat layanan investasi Solomon menduduki jabatan teratas dalam pasar wall street.
Tak tanggung-tanggung guna peningkatan pelayanan para investor Goldman bahkan sempat melakukan perekrutan besar-besaran dengan menargetkan 36.300 posisi.
Akan tetapi kondisi tersebut berbanding terbalik setelah dunia mengalami inflasi. Meski pemecatan yang dilakukan Goldman saat ini menambah jumlah pengangguran di Amerika yang saat ini melonjak jadi 28.000.
Baca juga: Goldman Sachs Perkirakan Resesi Inggris Tahun Depan Lebih Parah
Namun Solomon menjelaskan bahwa langkah tersebut terpaksa diambil demi melindungi perusahaan agar tak jatuh ditengah kondisi makroekonomi.
Seperti yang telah dilakukan para pendahulunya yakni JPMorgan & Chase Co dan Morgan Stanley yang telah lebih dulu memangkas 1 hingga 5 persen karyawan.
Perusahaan telah melakukan perekrutan besar-besaran sejak Solomon mengambil alih pada tahun 2018, ketika Goldman Sachs mempertahankan 36.300 posisi karyawan, sama dengan tahun sebelumnya.
Tenaga kerja kemudian naik menjadi 38.300 pada 2019, dan 40.500 pada tahun berikutnya. Setelah mencapai 43.900 pada tahun 2021, jumlahnya membengkak lebih dari 5.000, salah satu lonjakan terbesar dalam sejarah bank baru-baru ini.
Baca juga: Raksasa Teknologi Kompak Lakukan PHK Massal, Goldman Sachs: Ini Bukan Sinyal Resesi
Solomon, bagaimanapun, sebelumnya memperingatkan bahwa bank perlu mengurangi biaya, dengan pengurangan staf yang membayangi di antara inisiatif yang telah lama direncanakan untuk menghemat uang.