Tahun 2023 Bakal Terjadi Perubahan Saham Blue Chip? Simak Rekomendasi dan Prediksinya
Tahun ini diprediksi terjadi perubahan sektoral saham blue chip. Saham blue chip merupakan jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima
Editor: Hendra Gunawan
Bahkan, posisi puncak diisi oleh emiten migas PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dengan lonjakan harga 188,24%.
Katalis global termasuk konflik Rusia - Ukraina menjadi faktor pendorong lonjakan harga komoditas pada tahun lalu.
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid Bikin Harga Saham Perusahaan Layanan Pemakaman Naik Tajam
"Seperti blessing in disguise, kenaikan harga komoditas yang mendorong inflasi ternyata berbuah manis untuk saham di sektor energi yang ikut mendapatkan manfaat," kata Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (30/12/2022)
Di samping energi dan tambang, pulihnya aktivitas masyarakat telah menjadi katalis yang mendongkrak kenaikan harga saham barang konsumer primer.
Di sisi lain, pemulihan ekonomi memoles kinerja emiten perbankan dengan pertumbuhan kredit dan fundamental yang solid.
"Bahkan beberapa saham big caps perbankan sempat mencatatkan all time high, sebelum akhirnya turun kembali akibat profit taking," imbuh Nico.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, punya pandangan serupa. Laju saham sektor energi dan perbankan menopang gerak indeks LQ45 dan KOMPAS100.
Baca juga: Usai Gelar Rights Issue, Ini Proyeksi Analis Terkait Kinerja Saham BRIS ke Depan
Kinerja keuangan emiten energi pun meroket, bahkan marak dengan pertumbuhan laba di atas 100%.
Hanya saja, Roger melihat terbukanya peluang rotasi sektoral di tahun 2023. Ada sejumlah faktor yang bisa mendorong rotasi sektor di tahun ini.
Mulai dari tekanan pada harga komoditas, kenaikan suku bunga yang diprediksi berlanjut, bayang-bayang resesi ekonomi, hingga faktor tahun politik di dalam negeri.
Menurut Roger, ada beberapa sektor yang diprediksi menjadi jagoan investor pada tahun 2023. Pertama, sektor perbankan, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang masih bisa melanjutkan kinerja positif.
Kedua, sektor barang konsumen primer, seiring peluang penurunan harga bahan baku dan kenaikan konsumsi.
Ketiga, investor juga kemungkinan akan lebih mencermati saham-saham terkait kendaraan listrik yang masih pada tahap awal untuk berkembang.
Baca juga: Bursa Saham Asia Merosot Terbebani Inflasi Inti Jepang Meroket ke Rekor Tertinggi Dalam 4 Dekade
"Peluang terjadinya rotasi sektoral di tahun 2023 memungkinkan. Termasuk dengan adanya tahun politik yang bisa menumbuhkan konsumsi domestik," imbuh Roger.