Nilai Tukar Rupiah Kian Lesu Terhadap Dolar AS, Rabu Pagi Berada di Level Rp 15.621 per Dolar AS
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, fluktuasi rupiah masih akan terjadi dan berpotensi melemah pada penutupan sore nanti.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.621 pada Rabu pagi pukul 09.16 WIB (4/1/2023).
Sebelumnya, mengutip Bloomberg Rate, pada Selasa (3/1/2023) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.601.
Jika dilihat lebih detail, angka tersebut melemah 20 poin.
Baca juga: IHSG Melesat 0,55 Persen Ke 6.888 Sementara Rupiah Anjlok Terdalam Se-Asia
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, fluktuasi rupiah masih akan terjadi dan berpotensi melemah pada penutupan sore nanti.
Yakni berada di kisaran Rp15.590 hingga Rp15.650.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.590 hingga Rp15.650," papar Ibrahim dalam analisanya (3/1/2023).
Pada Selasa, rupiah juga terpantau melemah terhadap dolar AS, yakni berada di level Rp15.601. Di mana pada Senin (2/1/2023) mata uang Garuda berada di level Rp15.575.
Ibrahim mengungkapkan, pelemahan rupiah didorong faktor eksternal maupun internal.
Baca juga: VIDEO Buka Tahun 2023, Nilai Tukar Rupiah Bergerak Menguat ke Level Rp 15.566 per Dolar AS
Untuk faktor eksternal, memahnya nilalai tukar rupiah diakibatkan indeks dolar yang tetap kuat dan stabil di sekitar pada hari Selasa.
"Menguatnya indeks dolar ini dipengaruhi pasar yang sedang menunggu sejumlah indikator ekonomi utama AS minggu ini, termasuk nonfarm payrolls untuk bulan Desember dan risalah pertemuan terbaru The Fed," papar Ibrahim.
Sementara untuk faktor internal, pergerakan rupiah terdorong sentimen kinerja perekonomian global di kuartal IV-2022.
Di mana, masih terus menghadapi hantaman perlambatan pertumbuhan ekonomi yang juga merupakan bagian dari efek lanjutan downside risks dari pandemi yang hingga kini belum usai sepenuhnya.
Baca juga: Dalam Sepekan Rupiah Menguat 0,16 Persen, IHSG Ikutan Naik ke 6.850
"Terlebih, dunia kini dihadapkan juga pada konflik geopolitik yang tengah terjadi hingga menyebabkan kenaikan harga-harga komoditas yang mendorong terjadinya inflasi tinggi di seluruh dunia, terutama di negara-negara maju," pungkasnya.