Pakistan Krisis Ekonomi, Mal dan Toko Kini Tutup Lebih Awal
Semua mal dan toko-toko di Pakistan akan tutup mulai pukul 20:30 waktu setempat atau 15:30 GMT.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Pemerintah Pakistan mengumumkan langkah-langkah untuk menghemat energi salah satunya dengan menutup mal dan pertokoan lebih awal karena negara itu bergulat dengan krisis ekonomi.
Semua mal dan toko-toko di Pakistan akan tutup mulai pukul 20:30 waktu setempat atau 15:30 GMT.
Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mengatakan pada Selasa (2/1/2023), langkah-langkah penghematan energi tersebut diharapkan dapat menghemat sekitar 273 juta dolar AS.
Baca juga: Ghana Tangguhkan Pembayaran Utang Luar Negeri Akibat Krisis Ekonomi Semakin Memburuk
Melansir dari Al Jazeera, Pakistan kekurangan dana setelah uang yang diharapkan masuk di bawah program Dana Moneter Internasional (IMF) telah ditunda.
Cadangan devisa Pakistan sekarang hampir tidak menutupi pembayaran impor dalam sebulan, yang sebagian besar untuk pembelian energi.
Khawaja Asif mengatakan langkah-langkah tambahan yang akan segera berlaku termasuk menutup restoran dan ruang pernikahan pada pukul 22:00 waktu setempat (17:00 GMT).
Asif juga mengatakan, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif telah memerintahkan semua departemen pemerintah untuk mengurangi konsumsi listrik hingga 30 persen.
Langkah-langkah tersebut diterapkan saat Pakistan berjuang untuk mengatasi kekhawatiran gagal bayar setelah pendanaan IMF sebesar 1,1 miliar dolar AS ditunda.
Baca juga: Perdana Menteri Rishi Sunak Janji Bawa Inggris Keluar dari Krisis Ekonomi
Pakistan memiliki perbedaan pendapat dengan IMF mengenai tinjauan yang dilakukan lembaga tersebut terhadap kebijakan dan reformasi yang diperlukan di negara itu. Peninjauan tersebut seharusnya sudah selesai pada November.
Pembiayaan internasional Pakistan yang kritis lainnya terkait dengan program IMF, yang berarti negara berpenduduk 220 juta orang itu akan kesulitan memenuhi kebutuhan pembiayaan eksternalnya, dengan total lebih dari 30 miliar dolar AS yang termasuk pembayaran utang dan impor energi.
Total cadangan devisa Pakistan pada akhir bulan lalu mencapai 11,7 miliar dolar AS, sekitar 5,8 miliar dolar AS dari dana tersebut ada di bank sentral negara itu. Jumlah tersebut adalah setengah dari nilai cadangan devisa yang dimiliki Pakistan pada awal 2022.
Asif mengatakan, rencana penghematan energi juga mencakup larangan produksi bola lampu yang tidak efisien mulai Februari dan kipas angin mulai Juli.
Dia mengatakan puncak penggunaan listrik di Pakistan terjadi pada musim panas yang mencapai 29.000 megawatt, lebih tinggi dibandingkan dengan 12.000 megawatt di musim dingin, terutama karena penggunaan kipas angin di cuaca yang lebih panas.
Setengah dari lampu jalan di seluruh Pakistan juga akan dipadamkan, tambah Asif.
Sebagian besar listrik di Pakistan diproduksi menggunakan bahan bakar fosil impor, termasuk gas alam cair, yang harganya meroket dalam beberapa bulan terakhir.
Baca juga: Pasukan Pakistan Bebaskan Petugas yang Disandera Taliban Pakistan, 33 Militan Tewas
Pakistan sedang memulihkan diri dari bencana banjir yang menerjang pada tahun lalu, yang menenggelamkan lebih dari sepertiga wilayah negara itu dan menyebabkan kehancuran yang meluas dan kerugian finansial yang besar.
Pakistan menjadi negara kedelapan yang paling rentan terhadap cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim, menurut Indeks Risiko Iklim Global yang disusun oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan Germanwatch.
Banjir, kekeringan, dan topan dalam beberapa tahun terakhir di Pakistan telah membunuh dan membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal, menghancurkan mata pencaharian mereka dan merusak infrastruktur.