Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Penyusutan Populasi China Bawa Malapetaka, Utang Melonjak di Tengah Anjloknya Pendapatan

Akan tetapi kemerosotan tersebut tak disertai adanya penurunan tagihan biaya hidup seperti bahan pangan dan energi pasar global

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Penyusutan Populasi China Bawa Malapetaka, Utang Melonjak di Tengah Anjloknya Pendapatan
Xinhua/Wang Jianwei
Ilustrasi: Perakitan mesin di pabrik Harbin Dongan Automotive Engine Manufacturing Co., Ltd. di Provinsi Heilongjiang, China. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Pemerintah China mulai meningkatkan kewaspadaan akan adanya perlambatan ekonomi yang dialami negaranya, imbas dari penyusutan pendapatan ditengah lonjakan tagihan utang pada jutaan masyarakat China akibat dari krisis demografi.

Pakar populasi mengatakan, krisis demografi mulai dialami China semenjak pemerintah memberlakukan aturan satu anak ditengah kebijakan nol-Covid. Kebijakan itu diperparah dengan adanya lonjakan biaya pendidikan yang sangat tinggi.

Hingga membuat banyak orang Tionghoa memilih untuk memiliki satu anak, atau bahkan tidak punya anak sama sekali. Dengan alasan mengurangi beban biaya hidup.

Baca juga: Perlambatan Ekonomi Global Bikin Barang Made In China Alami Penurunan

Serangkaian tekanan ini yang kemudian membuat tatanan demografis di China mengalami kerusakan.

Dimana tingkat kelahiran Cina di tahun 2022 hanya mencatatkan 6,77 kasus per 1.000 orang, angka ini berbanding terbalik dengan laporan kematian yang mencapai 7,37 kasus per 1.000 orang pada 2022.

Sayangnya penurunan tersebut telah memicu spekulasi para ahli akan adanya krisis demografi berkelanjutan di China.

Berita Rekomendasi

Selain mendorong adanya prospek demografis negara yang suram, ancaman ini juga memicu implikasi mendalam bagi ekonomi dunia.

Ini lantaran penurunan populasi di China berpotensi memperlambat perekonomian, karena jumlah masyarakat yang menghasilkan pundi – pundi pendapatan menurun. Sehingga sejumlah bisnis di China mengalami degradasi laba kuartalan.

Akan tetapi kemerosotan tersebut tak disertai adanya penurunan tagihan biaya hidup seperti bahan pangan dan energi pasar global. Alasan inilah yang mendo

Baca juga: India Akan Salip China Sebagai Negara Terpadat di Dunia, Ketersediaan Lapangan Kerja Jadi Sorotan

rong pemerintah China meningkatkan pinjaman utang demi menutup lonjakan biaya tagihan.

"Prospek demografis dan ekonomi Cina jauh lebih suram dari yang diperkirakan. Cina harus menyesuaikan kebijakan sosial, ekonomi, pertahanan, dan luar negerinya," kata ahli demografi, Yi Fuxian.

Sejumlah cara kini mulai dilakukan pemerintah pusat dan daerah untuk memacu pertumbuhan bayi, termasuk pengurangan pajak serta memperpanjang masa cuti melahirkan dan memberikan subsidi perumahan.

Namun langkah-langkah tersebut sejauh ini tidak banyak membantu memacu tren jangka panjang. Apabila tekanan ini terus berlanjut, selain memicu perlambatan bagi ekonomi domestik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas